Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hakekat Sebuah Cinta Sufisme

22 April 2016   16:38 Diperbarui: 2 Mei 2016   18:17 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang jatuh cinta kepada lawan jenisnya, dia akan berusaha melakukan apa saja, demi mendapatkan perhatian dari orang yang dicintainya. Bahkan dia akan rela mengorbakan apa saja demi orang yang dicintainya. Begitu juga bila seseorang pada sesuatu, dia akan berusaha untuk mendapatkannya, walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Cinta itu sebuah perasaan seseorang terhadap sesuatu yang menyengangkan (nikmat). Semakin kuat kecenderungan dan rasa cinta itu, akan semakin mengebu-ngebu untuk mendapatkanya. Cinta yang mengebu-ngebu dalam bahasa Arab disebut dengan  “Isqon”.

Orang yang sedang jatuh cinta, dia akan selalu ingin menyertainya orang yang dicintainya kemana-pun dia pergi. Dia juga akan mengorbankan semua apa yang dimilikinya demia orang yang dicintainya. Karena cinta, apapun akan terlihat seperti orang yang dicintainya. Yang pelit berubah menjadi dermawan, yang penakut menjadi pemberani, yang lemah menjadi kuat dan semangat, dan tua merasa menjadi muda. Ketika berjalan berdia, tidak ingin segera sampai tujuan, dan ketika berduaan, rasanya bergitu cepat waktu berjalan. Cinta seperti bisa merubah segalanya.

Dalam kajian ilmu tasawwuf, mahabbah (cinta)  diartikan dengan mengosongkan hati dari segala-galanya,  kecuali Allah SWT, serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya. Karena selain Allah SWT, akan menjadi penghalang interaksi dengan Allah SWT. Imam Al-Gozali berpendapat “cinta seorang mukimin terhadap Allah SWT, berarti mengikuti perintah-Nya, dan mengharapkan ridho-Nya. Sedangkan cinta Allah SWT terhadap orang mukmin, berarti Allah SWT memujin hambanya, memberikan balasan atas semua amal manusia, serta memberikan kenikmatan dengan rahmat-Nya yang begitu luas, juga memanfaatkan atas kesalahan yang dilakukan seorang hamba”. Allah SWT akan memafaatkan dosa-dosa seorang hamba, tidak perduli berapa-pun besar dosanya.

Istilah cinta di dalam Kitab Suci

Di dalam Al-Quran banyak ditemukan istilah cinta, seperti; mawaddah, dimana istilah ini sering digunakan di dalam sebuah pernikahan, yaitu rasa cinta seseorang laki-laki kepada lawan jenisnya. Selanjutnya, istilah “Ar-Rahmah” yang artinya “kasih sayang”. Biasanya, Ar-Rahmah kasih sayang seorang suami atau isti kepada pasangan hidupnya masing-masing, sehingga seseorang rela berkorban demi pasangan yang dicintainya.

Ada juga istilah “saghif” yang artianya cinta yang mengebu-ngebu (mabuk cinta). Lihat QS Yusuf (12:30). Seorang wanita atau laki-laki juga akan mengalami mabuk asmara. Dimana orang yang sedang jatuh cinta seperti ini, akan melakukan apa-pun, demi untuk orang yang dicintainya. Biasanya, yang demikian akan merasa getun (menyesal), jika sudah menyadarinya. Wajar sajalah, jika Rosulullah SAW mengatakan “sebaik-baik perkara itu tenggah-tenggah”, aliasa tidak lebay. Begitu banyak istilah cinta dengan berbagai redaksinya, sekaligus menjadi isarah betapa pentingnya makna sebuah cinta.

 

Cinta Menurut Menurut Al-Ghozali.

Orang seringkali mengucapkan dan mengungkapkan rasa cinta, tetapi kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Jangan pernah mengatakan cinta kepada-Nya, dan Rosulnya, jika masih mengotori lisannya dengan kata-kata “kasar, kotor, tidak senonoh, bahkan misuh-misuh”. Jangan pernah mengatakan cinta kepada Allah SWT dan Rosulnya, jika masih sering “mencani, memaki, dan menyesatkan sesama muslim, bahkan mengkafirkan sesama muslim”. Silahkan mengaku pengikut sunnah, tetapi jika prilakunya tidak sesuai dengan sunnah, itu sama dengan berdusta kepada Rosulullah SAW.

Imam Al-Ghozali di dalam kitab “Mukasafatu Al-Qulub” menyebutkan orang-orang yang mengatakan cinta, tetapi sejatinya dia berdusta”.:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun