Budi nama yang sangat menarik dan banyak menggunakanya. Sejak, kecil nama Budi itu banyak digemari banyak orang. Sampai-sampai nama BUDI, selalu menjadi obyek pelajaran bahasa Indonesia “Ini Budi, Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi”.
Cukup banyak tokoh, politisi, artis, pelawak, menggunakan nama Budi. Yang jelas, tokoh selalu menarik, dan terkena, sebut saja, Budi Utomo, Budi Handuk, Budiman Sujatmkiko, Budi Gunawan, Johan Budi, Budi Waseso, Budi Santoso, Budi-Ono. Dan, saat ini yang paling populer adalah Budi Gunawan, calon Kapolri yang menjadi tumbal politik Megawati.
Budi Gunawan memang hebat, kuat, perkasa, tidak mau menyerah menghadapi kasusunya. Semua kekuatan dan kemampuan, bahkan kekuasaanya dikeluarkan untuk melawan Abraham Samad sang pemberantas korupsi.
Budi Gunawan tidak mau ditetapkan sebagai Koruptor. Karena koruptor itu nasjis dan kotor. Koruptor itu makan barang haram, yaitu uang Negara yang di ambil dari rakyat jelata. Budi Gunawan melawan, ingin membuktikan bahwa dirinya bukanlah seorang Koruptor.
Semua mengetahui kalau rekening Budi Gunawan itu sangat Gendut. Gendutnya rekening Budi Gunawan itu tidak wajar, karena sudah mencapai ratusan milyar. KPK sudah memiliki bukti kalau Budi Gunawan itu korupsi. Karena itulah, Abraham Samad memberanikan diri menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka, sesuai dengan data-data yang dimiliki.
Penetapanya sebagai tersangka, bukan masalah sah atau tidak sah secara hukum. Tetapi, rakyat miskin sudah muak dan bosan melihat orang-orang yang makan duit rakyat dengan cara yang menyakitkan (korupsi). Kalau di china, koruptor harus dihukum mati, tidak perduli pejabat tinggi atau orang biasa.
Budi Gunawan itu manusia biasa, bukan malaikat dan bukan Nabi SAW, tentu saja memiliki kekurangan. Tetapi jangan lupa dia itu orang cerdas dan akan menduduki kursi tertinggi kepolisian Republic Indonesia. Kualitas intelektualnya sangat istimewa, sebab tidak semua polisi bisa sampai pada puncak tertinggi, yaitu menjabat sebagai Jenderal.
Saat Jokowi mengajukan Budi Gunawan untuk menjadi Kapolri kepada DRR. Sudah pasti sudah memiliki pertimbangan tersindiri. Sebagai Presiden Tentunya, Jokowi itu memiliki alasan tersendiri, logis dan ilmiyah. Salah satunya Budi Gunawan teramsuk lulusan Akpol yang terbaik dan berkualitas. DPR-pun oke dan yes….
Walaupun tidak dipungkiri, ada kekuatan lain, yang mengajukan Budi Gunawan. Megawati orang yang penting dibalik keberhasilan Jokowi menjadi presiden Republik Indonesia. Dengan kata lain, Jokowi bisa jadi preseiden dengan wasilah (lantaran) Ibu Megawati. Jika sang Ibu mengajukan Budi Gunawan, Jokowi tidak mungkin menolak ke-inginan Sang Ibunda Megawati. Berkat restu dan dukunganya, Jokowi bisa seperti ini.
Budi Gunawan memang sangat dekat dengan Ibu yang satu ini. Sejauh mana kedekatanya, yang tahu adalah Megawati dan Budi Gunawan itu sendiri. Namanya memiliki kedekatan, tidak heran jika ada desan desus yang berhembus bahwa Budi Gunawan itu orang titipan Megawati untuk menjadi Kapolri.
Perlu di ketahui, pada artikel sebulumnya, saya menulis “Jokowi Itu bukan Megawati”. Memang kelihatanya Jokkowi bilangnya selalu “Ngih Ngih Ngih” saat di depan Megawati”. Tetapi, bukankah Jokowi itu pemimpin tertinggi di negeri ini, masa Jokowi mau di atur seorang Ibu Megawati yang notabene bukan Presiden, melainkan seorang ketum PDIP.
Putusan Abraham Samad menyakitkan dan menyesakkan dada Budi Gunawan. Sakit…sakit, dan sakit, sambil meletakkan telapak tanganya di dadanya. Ibarat orang lapar, ketika akan memasukkan makanan ke mulutnya, tiba-tiba ada seseorang yang mendekati, kemudian orang itu me-nampel (memukul) tangan Budi Gunawan, hingga makanan itu tumpah.
Hampir selangkah lagi menduduki kursi tertinggi Polri, tiba-tiba menjadi tersangka. Apalagi, saat menjadi tersangka korupsi, semua masyarakat elit dan alit negeri ini tertuju pada sosok Budi Gunawan. Sejak itulah, terjadi drama pertikaian sengit antara dua institusi tertinggi, antara KPK vs Polri. Rakyat-pun marah, tersinggung, karena ternyata calon petinggi itu seorang Korutor.
Sejak itulah Polri tidak tinggal diam. Maka dimulailah drama penangkapan Bambang. Penangkapan itu membuat detak jantung rakyat Indonesia semakin kencang. Bagaimana mungkin polisi yang hebat dan katanya merakyat dan mengayomi masyarakat, tiba-tiba melakukan drama menarik, dengan menculik wakil ketua KPK di pagi hari.
Mengakui atau tidak, penculikan itu buntut dari telah ditetapkanya Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK. Abraham Samad, walaupun bukan perwira tinggi polisi, tetapi loyalitas dan keberanianya melebihi perwira tinggi polisi. Abraham Samad sering mengatakan:”saya mewakafkan diri saya untuk Negara Indonesia yang di cintai”.
Keberanian Abraham Samad karena memang Abraham Samad itu penegak hukum yang menangani Korupsi. Abraham juga tidak banyak hartanya alias tidak gendut. Abraham Samad rela menyibukkan diri untuk kepentingan Negara Indonesia yang dicintai.
Pada era Abraham Samad pula, para koruptor kelimpungan, ketakutan, bahkan kehilangan cara untuk menyembukan diri. Hampir setiap orang yang ditetapkan sebagai tersangka, kecuali berahir masuk penjara. Ini yang menjadi kebanggan rakyat jelata yang melarat yang bermukim di nusantara ini.
Semua tahu, bahkan rakyat paling bawah-pun memahami bahwa korupsi itu perbuatan tercela dan sama dengan memakan keringat rakyat. Jika memang benar Budi Gunawan tidak korupsi, tetapi kenapa hartanya begitu gendut-dut.
Yang jelas, Budi Gunawan sekarang Gigit Jari, dia yang berjuang mati-matian melawan Abraham Samad. Ketika memenangkan praperadilan, ternyata tidak bisa menjadi Kapolri. Wajar jika PDIP meradang dan kecewa, apalagi para pengacaranya sangat kecewa baget. Sekali lagi, Jokowi itu presiden Republik Indonesia, bukan presiden PDIP.
Jika PDIP kecewa berat, tidak bisa dibayangkan bagaimana kekecewaan Budi Gunawan saat ini. Dia merasa di dholimi, dia berjuang melawan, ketika menang, ternyata Jokowi justru mengajukan “Badruddin Haiti Menjadi Kapolri”. Jokowi-pun mengatakan kepada Budi Gunawan agar tetap berkiprah di Polri. Ini kalimat penghibur sang Presiden terhadap Budi Gunawan yang sedang kecewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H