Mbah Urut bukan memilih mau ke rumah siapa, tapi anaknya yang justru saling melempar ibunya. Jadi ketika anak yang satu mengantar Mbah Urut ke rumah saudaranya, anak yang kedatangan Mbah Urut ini akan segera mengantar ibunya ke rumah saudara yang lain lagi.
Parahnya, itu karena belakangan Mbah Urut sudah tak punya penghasilan. Sebab ia sudah tak punya tenaga untuk mengurut. Pantas jika sedang di rumah kami, Mbah Urut suka berlama-lama. Setiap diantar ke rumah anaknya yang merupakan tetangga Mamak, ia pasti memilih "mengungsi" ke rumah kami.
Kalau bukan karena anak dan menantu Mbah Urut suka bertindak dan berkata kasar, mungkin Mamak lebih suka jika Mbah Urut tinggal di rumah kami saja sampai akhir hayatnya. Kami tak pernah merasa keberatan dengan kehadiran Mbah Urut meski bisa seharian ia bertandang.
Baca juga:Â 10 Pemicu Depresi yang Tidak Diduga
Dara
Dara bukan nama asli, tapi kuambil dari sinonim nama asli remaja itu. Dara adalah anak sulung dari lima bersaudara dari satu ibu. Sementara dari pihak ayahnya, entah berapa jumlah saudara Dara, sebab ketika menikah dengan ayahnya saja, ibu Dara adalah istri ketiga.
Ketika Dara berusia 7 tahun, orangtuanya bercerai. Waktu itu Dara sudah punya seorang adik berusia 2 tahun. Keduanya ikut dengan ibu mereka, tapi sang ayah masih sesekali menjenguk dan memberi sedikit uang saku.
Keadaan berubah ketika ibu dan ayah Dara masing-masing menikah lagi. Dara mendapat tambahan tiga saudara dari ayah tirinya. Itu pula yang menyebabkan ia dan adik kandungnya tiba-tiba tersisih dari ibu mereka sendiri.
Sebagai perempuan, ibu, dan istri, aku terang-terangan pada suami bahwa apa pun yang terjadi, aku berpihak pada anak-anakku. Kupikir semua perempuan demikian, ternyata tidak. Ibu Dara lebih suka memenuhi kehendak suami ketimbang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya.
Yang kusebut anak tentu saja kelima anaknya, namun di depan mataku langsung (bukan dari kabar burung) kulihat bagaimana ibu kandung Dara lebih mengutamakan tiga anak "baru"nya dan cenderung mengabaikan yang dua lagi.
Sementara jika ditanya, ia beralasan anak-anak dari suami pertama bersikap tidak baik, suka mengganggu adik-adik mereka, serta banyak lagi alasan yang tak masuk akal, apalagi hati, normalnya seorang ibu.
Jika ditelusuri lebih jauh, bisa diketahui bahwa semua itu karena pengaruh suami kedua yang tak menginginkan anak dari suami pertama ada bersama mereka. Sampai akhirnya Dara telantar entah di mana, sementara adiknya diambil kakak dari ibunya setelah sebelumnya terkatung-katung hingga rumah tetangga.