Siapa pun pernah stres, tapi depresi, jangan deh! Ada baiknya kamu baca sepuluh hal yang ternyata bisa memicu depresi berikut ini. Siapa tau, dengan mengenalinya, kamu bisa menghindari bahkan mengatasinya.
1. Rokok
Dalam 148 penelitian yang tercatat di National Center for Biotechnology Information, umumnya menyimpulkan bahwa depresi menyebabkan merokok, dan merokok menyebabkan depresi. Artinya, rokok pada dasarnya hanya pelarian dari masalah yang justru menyebabkan masalah baru.
Meski oleh sebagian orang merokok dianggap meringankan stres, namun sebagian besar dari penelitian di atas justru menyimpulkan bahwa menahan diri dari rokok---yang semula meningkatkan kadar stres, pada akhirnya bisa lebih meringankan depresi bahkan meniadakannya sama sekali.
2. Penyakit Tiroid
Penyakit tiroid atau hipotiroidisme memiliki gejala yang muncul bertahap dalam hitungan tahun. Hal itu menyebabkan penderitanya tak menyadari bahwa mereka tengah mengalami hipotiroidisme. Penyakit ini biasanya diderita oleh wanita usia lanjut, dan salah satu gejalanya adalah depresi.
Gejala lain hipotiroidisme antara lain mudah lelah dan pusing, sembelit, berat badan naik tanpa sebab yang jelas, sensitif pada cuaca dingin, kuku rapuh, sulit berkonsentrasi, kulit kering, wajah bengkak, denyut jantung lambat, otot terasa lemah, serta rambut rontok.
3. Kebiasaan Tidur yang Buruk
Menurut Matthew Edlund, MD, direktur Center untuk Circadian Medicine, di Sarasota, Florida, jika seseorang tidak tidur, ia tidak punya waktu untuk mengisi kembali sel-sel otaknya. Otak berhenti berfungsi dengan baik, dan salah satu akibatnya adalah depresi.
Bukan hanya tidak atau kurang tidur, kebiasaan tidur yang buruk seperti banyak begadang dan tidur terlalu lama juga memberikan efek yang sama.
Baca juga:Â Jangan Mau Stres Gara-gara DeadlineÂ
4. Berlebihan Menggunakan Medsos
Dalam penelitian yang dirilis NCBI tahun 2020, disebutkan bahwa semakin banyak media sosial yang kamu miliki, semakin besar risikomu mengalami depresi. Hal ini terutama bagi mereka pengguna pasif, yang lebih banyak melihat konten daripada membuat.
Meski terkesan pengguna aktif lebih "selamat", namun pembuat konten yang dianggap kontroversial juga rentan mengalami depresi, akibat perundungan yang diterima dari warganet.
5. Ending Film
Percaya gak percaya, akhir film ternyata bisa membuat penonton depresi. Contohnya pada 2009, Entertainment Weekly melaporkan penggemar film Avatar mengaku ingin bunuh diri karena menyadari kisah dalam film tersebut tidak nyata.Â
Begitu pula dengan penggemar Harry Potter setelah tayangan di tahun itu.
Hal yang sama juga terjadi pada mereka yang gagal dalam sebuah proyek, liburan yang berakhir buruk, dsb. Pada intinya, depresi terjadi karena harapan tak sesuai kenyataan. Â
6. Lingkungan Tempat Tinggal
Mana yang lebih enak, tinggal di desa atau kota? Semua ada plus minusnya. Hidup di kota dekat dengan fasilitas, tapi banyak tekanan. Di desa cenderung lebih tenang, tapi gosip lebih cepat menyebar.
Menurut penelitian, tinggal di kota memiliki risiko depresi 12-20% lebih besar daripada tinggal di desa. Bukan hanya perkara tetangga, polusi dan kekerasan juga menjadi pemicu munculnya depresi.
7. Terlalu Banyak Pilihan
Ketika orang lain tidak bisa memilih, ada orang yang depresi karena terlalu banyak pilihan. Siapa mereka?Â
Menurut psikolog dan penulis buku The Paradox of Choices, mereka adalah orang-orang perfeksionis yang memiliki harapan terlalu tinggi, kemudian menyalahkan diri sendiri ketika mengalami kegagalan.
Juga orang-orang yang memenuhi kebutuhan berdasarkan daftar keinginan, sehingga merasa terlalu banyak hal yang ia butuhkan dan kesulitan untuk memenuhinya. Keadaan seperti ini membuat seseorang mengalami stres berkelanjutan, yang akhirnya berdampak menjadi depresi.
8. Makanan dan Minuman
Salah satu penelitian di tahun 2020 yang diterbitkan oleh International Journal of Environmental Research and Public Health menyimpulkan bahwa, mengonsumsi daging olahan dan alkohol dapat meningkatkan risiko depresi.
Di sisi lain, asam lemak omega-3 dari makanan laut dan lemak tak jenuh tunggal dari kacang-kacangan, alpukat, dan minyak zaitun, sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan otak.
Baca juga: 5 Cara Mengurangi Stres Saat Pandemi
9. Pil KB
Gak usah panik dulu! Pil KB dapat memicu depresi bagi mereka yang pernah mengalami depresi sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Hilda Hutcherson, MD, seorang profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Universitas Columbia.
Alasan tepatnya belum diketahui, tapi kamu gak perlu bikin penelitian untuk tau lebih lanjut. Cukup ganti saja metode KB-mu jika mengalami sulit tidur, kelelahan, kehilangan energi, atau perubahan suasana hati lainnya, yang semua itu bisa berujung depresi.
10. Perubahan Setelah Melahirkan
Bukan baby blues yang dimaksud. Depresi pascapersalinan memiliki rentang waktu yang lebih panjang. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kekhawatiran, dan umumnya melanda ibu baru. Kondisi rumah tangga bisa jadi merupakan pemicu atau bisa pula pemantik munculnya depresi.
Selagi masih dalam tahap stres, meningkatkan keimanan adalah solusinya, apa pun agamamu. Namun jika sudah pada tahap depresi, mungkin kamu butuh bantuan psikiater. Jangan ngandelin Google, apalagi artikel remeh macam ini.
Referensi: Health, Alodokter, NCBI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H