Barangkali teman Simi berempati pada penderitaannya, menikah dengan laki-laki tak mapan. Tapi hanya sampai di situlah empatinya mampu menjangkau. Ia tidak tau bahwa Simi lebih butuh bantuan konkret, bukan sekadar solidaritas.
Baca juga: Kisah Cinta Segitiga yang Mengorbankan Nyawa
Musuh dalam Selimut
Lain Similikiti lain pula Acakadut. Aca punya suami yang kerap kegenitan, meski punya tampang pas-pasan. Beberapa bulan belakangan, suami Aca ketiban rezeki. Seperti ada hasrat yang harus dilepaskan setelah sebelumnya tertahan.
Sang suami biasa chatting mesra tengah malam dengan beberapa perempuan. Bermurah hati pada anak gadis orang dengan mengirimi berbagai hadiah. Sambil bercanda, akhirnya menyatakan diri ingin poligami.
Aca tak ingin mempermalukan suaminya, tapi ia butuh solusi. Maka Aca mengadukan masalah pada saudara kandung sang suami, berharap sebagai sesama perempuan, iparnya itu akan menasihati saudaranya.
Oleh Aca, dikabarkanlah kondisi rumahnya yang belum sepenuhnya aman secara ekonomi. Meski sekarang mereka tak lagi melarat, tapi mereka masih tergolong pas-pasan. Anak masih kecil-kecil, masih panjang kebutuhan sekolahnya.
Dari segi ibadah pun, suami Aca masih jauh dari saleh. Sementara seperti kebanyakan laki-laki, ia bawa-bawa sunnah untuk syahwat gatalnya. Padahal shalat wajib selalu di ujung waktu, shalat sunnah satu semester sekali pun belum tentu, alih-alih kenal puasa Senin Kamis.
Ipar Aca memang tak setuju dengan rencana abangnya. Ia membesarkan hati Aca dan mendukungnya untuk menggugat cerai. Untungnya Aca tak serta merta memenuhi saran itu, karena niatnya hanya ingin agar sang ipar menasihati suaminya, bukan membubarkan rumah tangga mereka.
Karena nasihat yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang, Aca melabrak sendiri suaminya. Mereka ribut besar, kalau memang harus bubar ya sudah, pikir Aca. Tapi ternyata suaminya masih waras, ia lebih memilih mempertahankan rumah tangga daripada memaksa diri menikah lagi.
Dalam masa-masa tenang rumah tangga mereka, suami Aca bercerita. Adiknya tau bahwa ekonomi mereka tengah membaik, dan mendesak untuk membawanya ke kota tempat mereka tinggal. Suami Aca ingin mengajak adiknya yang janda itu tinggal bersama mereka, membangun usaha bersama, dan membesarkan anak serta keponakan dalam satu rumah.