Cara "perang"nya, pemain membuat lingkaran kecil solid menggunakan pulpen gel di areanya sendiri. Titik penuh tinta itu adalah "peluru" yang jika kertas dilipat, akan menghasilkan salinan lingkaran di area musuh.
Jika titik duplikat mengenai "tentara" musuh, maka si tentara dinyatakan mati tertembak. Begitulah pemain bergantian menembak musuhnya. Siapa yang lebih dulu kehabisan pasukan, dia kalah.
Biasanya si kakak dan adek berperang lebih dulu, pemenangnya kemudian menghadapi Ummi, jagoan perang yang tak pernah kalah, wkwk.
Hanya menuliskan kata "win" di bagian sendiri dan "you lose" atau "lost" di wilayah lawan, itu sudah jadi kenikmatan tersendiri bagi anak-anak.
Baca juga: Yuk Bermain Rainbow Foam!
Main Itu Menyenangkan
Aku nggak tau apakah Permainan Tentara tergolong edukatif atau tidak. Tapi setidaknya anak-anak belajar mengukur jarak dengan insting. Harusnya itu mengasah logika. Lagi pula bonding kami semakin kuat dengan aktivitas yang menggembirakan itu, kan!
Hal lain yang kurasakan sebagai keunggulan permainan sederhana tersebut adalah pemanfaatan kertas bekas, dan meminimalisir penggunaan gawai, baik oleh anak-anak maupun olehku sendiri.
Alhamdulillah anak-anak saat ini sudah paham bahwa untuk mendapatkan kertas, dibutuhkan banyak pohon dan banyak air. Jadi mereka tak mudah membuang-buang kertas. Selain itu, mereka juga tau bahwa aku lebih suka mengizinkan mereka main di luar (sebentar) ketimbang pinjam tablet atau HP.
Iya, masih pandemi. Jadi mereka juga kuajarkan untuk cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta berbagai prokes lainnya untuk menjaga diri agar tak tersambar virus corona. Cukuplah sekolah daring jadi beban hidup mereka, jangan ditambah lagi dengan jadi tahanan rumah. Masih kecil kok sudah menderita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H