4. Para hipokrit sangat murah hati pada mereka yang memberi keuntungan baginya. Sedangkan orang tulus berbuat baik tanpa pamrih.
Saat senang, kamu sulit menemukan orang yang tulus. Tunggu masanya jatuh. Hidup itu berputar kan? Pada masa terpuruk, barulah ketauan mana sahabat yang sebenarnya. Â
5. Orang hipokrit suka memamerkan prestasi serta membagikan kisah sukses di mana saja. Sementara orang tulus lebih fokus meningkatkan skill mereka, alih-alih membanggakan keberhasilan yang sudah diraih.
Beda lagi jika seseorang membagikan pengalaman sukses untuk memotivasi orang lain. Biasanya hal ini diikuti dengan aksi membantu orang lain secara konkret, bukan sekadar manas-manasin.
6. Kaum hipokrit bekerja keras untuk memengaruhi orang lain. Orang tulus dengan mudah bisa mendapatkan hati banyak orang, sehingga orang cenderung mengikutinya tanpa diminta.
Ketulusan itu ibarat cahaya yang memancar, secara fitrah kita menyukainya tanpa dipaksa. Sekali kita menyadari orang yang tampak "bersinar" ternyata dusta belaka, selamanya kita menjauhinya. True?
Baca juga: Hipokrit? Bisa Jadi Psikopat!
7. Kekhasan orang hipokrit, mereka banyak bicara dan suka mengumbar janji. Orang tulus tidak muluk-muluk, namun ucapannya bisa dipegang.
Saking banyak bicara, seorang hipokrit lupa pernah berjanji apa saja pada siapa saja. Karena otak manusia cenderung menghapus hal-hal yang tidak penting, maka orang hipokrit selalu lupa pada janjinya. Karena memang ia tidak menganggap itu penting. Sebaliknya, orang yang tulus sangat menjaga integritas. Ia tidak akan melakukan hal yang ia tidak suka jika itu terjadi padanya.
8. Orang hipokrit berusaha keras untuk mendapatkan perhatian orang. Sedangkan orang-orang yang tulus justru tak tertarik menjadi pusat perhatian.
Selain berusaha memengaruhi orang lain, si hipokrit juga merasa perlu mendapat perhatian banyak orang. Sementara orang tulus lebih suka menikmati hidup daripada sibuk mencari perhatian.