Hari gini, siapa sih yang nggak pernah belanja online? Banyaaak! Nyatanya masih banyak yang gagap teknologi, minim literasi digital, dan macam-macam istilah yang sudah dicontohkan dengan baik lewat kasus emak-emak memaki kurir dan bapak-bapak ngomelin kasir.
Aku sendiri gak sering sering amat belanja di olshop. Lebih suka yang konvensional, di warung tetangga atau pasar dekat rumah. Kalaupun harus membeli di toko online, biasanya untuk barang yang sulit didapat atau yang harganya di "toko biasa" terlampau tinggi.
Semua tempat punya keunggulan dan kelemahan, tinggal pilih mana yang paling cocok dengan kondisi kita. Dibanding olshop yang berdiri sendiri, aku cenderung lebih suka berbelanja di marketplace. Alasan utamanya, tentu saja keamanan. Sedangkan untuk sistem pembayaran, cara favorit adalah bayar lewat e-wallet. Alasannya lebih simpel lagi, kebanyakan fee menulis dikirim ke situ.
Yang paling jarang kulakukan adalah membayar di tempat, alias COD (cash on delivery). Alasannya antara lain: Â
1. Barang tak sesuai pesanan, tidak bisa retur.
Sebenarnya bisa, tapi sering kali biaya kirim ke toko ditanggung sendiri. COD maupun tidak, ya begitu juga sih. Hanya saja, beberapa kali aku menggunakan sistem COD (dulu), belum pernah mendapat email dari marketplace terkait kesesuaian barang, yang berimbas pada penerusan dana ke penjual.
Jadi secara pribadi aku menyimpulkan, dengan sistem COD, dana pembeli langsung sampai ke penjual. Tidak ditahan oleh marketplace seperti biasanya (cmiiw!)
Sementara dengan membayar di awal, dana akan ditahan hingga pembeli menyatakan barang sampai dalam keadaan baik. Jika pembeli mengajukan komplain, dana tidak akan diteruskan hingga proses selesai.
Tapi bukannya orang-orang memilih COD agar mudah dibatalkan? Nah, aku bukan tipikal itu. Jadi jika barang datang, ya sudah langsung bayar. Karena aku tau, kurir tak ada urusannya dengan isi paket. Asalkan paket sampai dalam keadaan rapi, tugas mereka sudah selesai.
Baca juga: Adab Orangtua terhadap THR Anak
2. Menyusahkan penghuni rumah.
Hanya 1 dari 10 kurir yang menghubungi ketika hendak mengantar barang. COD sekalipun! Sisanya kurir menelepon untuk meminta pembeli menjemput barang di kantor. Konyol sih, tapi ada. Padahal bukan kargo.
Tapi mungkin memang bukan tugas mereka kali ya, mengingatkan jadwal kedatangan. Alhasil ketika kurir datang, kerap kali tidak tersedia uang pas. Lebih parah lagi, jika yang memesan tidak berada di rumah. Yang di rumah jadi ketempuan utang.
Atau ketika rumah kosong, dan kurir terpaksa membawa lagi barangnya. Kasihan kan? Malah aku pernah baca di Quora, seorang buyer dengan entengnya membatalkan pembelian karena saat barang tiba, ia sedang tak punya uang. Lebaran gini, apa dia ingat untuk minta maaf ke pedagang? Iya kalau dimaafin.
Baca juga: Barang-barang Gaje yang Tersedia di Olshop
3. Di marketplace tertentu, ongkir jadi lebih mahal.
Mungkin karena ada biaya penanganan atau yang semisalnya, sehingga total harga beli barang dengan COD lebih mahal daripada transfer bank maupun dengan rekening virtual. Aku tak tau alasan pastinya, sebab ada pula marketplace yang tidak membedakan biaya ongkir, tapi tidak bisa memilih kurir.
Apa pun metode bayar yang kamu pilih, tetaplah pada pilihanmu. Aku cuma nulis untuk berbagi cerita, tidak untuk menginspirasi siapa pun. Toh aku gak punya toko online di marketplace mana pun. Juga tidak hendak membagi kode produk atau kode referal.
Belanja itu, paling enak jalan kaki sambil berjemur. Belanja di pasar tradisional, tapi pake mindset swalayan. Nggak usah nawar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H