Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stephen Hawking, Ilmuwan yang Tak Percaya Pernah Diciptakan

14 Maret 2021   07:00 Diperbarui: 14 Maret 2021   09:00 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: themarker.com

Hari ini adalah tiga tahun wafatnya ilmuwan ternama, Stephen Hawking. Yang tak tertarik dengan dunia sains pun hampir pasti sering mendengar namanya disebutkan.

Lahir pada 8 Januari 1942 di Oxford, Inggris, Stephen Hawking adalah ilmuwan dunia yang terkenal dengan teori-teorinya tentang kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi. Selama lebih dari 40 tahun hidup dalam kelumpuhan akibat ALS (sklerosis lateral amiotrofik), tak membuat langkahnya terhenti. Hanya mengandalkan otak dan otot pipi, Hawking terus berkarya di atas kursi roda dengan seperangkat komputer.

ALS adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan degenerasi terminal progresif sel-sel motorik di sumsum tulang belakang dan otak. Saraf di otak yang mengontrol gerakan otot menyusut dan fungsi otot secara bertahap menghilang.

Menurut Asosiasi ALS, hanya 50% orang penderita ALS yang mampu hidup sampai 4 tahun. Lebih sedikit lagi, sekira 10% yang dapat mencapai 10 tahun. Saat Stephen Hawking divonis menderita ALS, ia berusia 21 tahun dan para dokter mengira ia hanya akan hidup paling lama empat tahun ke depan. Nyatanya, Hawking bertahan hingga usianya 76 tahun.

"Keterbatasan Anda bukan menjadi hal yang mencegah Anda untuk melakukan hal dengan baik, dan jangan menyesali hal yang melawan kita itu," ujarnya pada New York Times saat diminta memberikan saran bagi para disabilitas.

Baca juga: Misteri Hilangnya Michael Rockefeller di Indonesia

Selain kemampuannya bertahan hidup melebihi batas keumuman penderita ALS, dan kejeniusannya yang dianggap setara dengan Albert Einstein, ada hal lain yang membuat profesor ini menjadi selebritas di dunia sains. Yaitu keyakinannya yang kuat terhadap keberadaan alien.

Menurut perhitungan Hawking, alien tidak hanya berada di planet-planet, tapi juga bintang, atau bahkan mengapung di angkasa. Ia juga berkesimpulan bahwa alien memiliki kecerdasan lebih tinggi dari manusia, sehingga Hawking menyarankan para ilmuwan yang melalukan penelitian ruang angkasa agar tidak mencoba melakukan kontak dengan alien.

"Jika alien mengunjungi kita, hasilnya akan sama seperti ketika Columbus mendarat di Amerika, yang tidak berakhir baik bagi penduduk asli Amerika," paparnya.

Kalau yang ngomong begitu orang biasa, barangkali hanya jadi bahan lelucon. Tapi seorang Stephen Hawking bukan bocah asal ngejeplak. Dia tentu punya analisis bermodal data terhadap apa yang ia ungkapkan.

Stephen Hawking juga getol mengupayakan tempat baru bagi manusia di masa yang akan datang. Menurutnya usia Bumi sudah tidak lama lagi, sedangkan manusia dapat hidup abadi. Nah kalau yang ini, walau seorang ahli paling ahli sekalipun, tidak bisa diterima begitu saja.

Hal itu pun bertentangan dengan keyakinan banyak orang yang beragama. Seperti keyakinannya akan keberadaan alien, Hawking juga sangat yakin bahwa alam semesta terbentuk dengan sendirinya.

"Tuhan bukan pencipta alam semesta," demikian ucap Stephen Hawking pada The Telegraph, September 2010. Ilmuwan kontrovesi itu dalam bukunya, The Grand Design, menuliskan "Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakkan alam semesta."

Ungkapan tersebut berseberangan dengan apa yang pernah disampaikan seorang yang tak kalah jenius di masa lampau. Di atas langit masih ada langit.

Baca juga: Tes Kecerdasan Otak, Mau Coba?

Albert Einstein, ilmuwan dengan IQ 160, semasa hidupnya pernah menyatakan, "Religion without science is blind. Science without religion is paralyzed." Agama tanpa ilmu, buta. Ilmu tanpa agama, lumpuh.

Sayang, sebagai ciptaan Tuhan yang luar biasa, Stephen Hawking justru tidak percaya keberadaan Penciptanya. Apakah Hawking sudah berhasil membuktikan ucapannya? Sepertinya tidak.

Referensi: 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun