Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

5 Kesalahan Fatal yang Merusak Kesan Pertama

16 Februari 2021   15:17 Diperbarui: 25 Februari 2021   22:06 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pexels/Thirdman)

Untuk pertama kalinya, tukang urut yang ini datang ke rumah. Ia dijemput karena Mamak jatuh beberapa hari lalu. Kupikir ia akan bertanya, kapan jatuhnya, mana yang sakit, dan pertanyaan lain yang relevan dengan keahliannya.

Jauh, jauh sekali. Pertama tiba di kamar, ia justru bertanya, "Ini rumah milik sendiri?" kemudian berjarak dengan pembicaraan lain, yang meluncur dari mulutnya adalah, "Suaminya kerja apa?"

Ya sih, tinggal dijawab. Tapi asli, kadar keponya yang lebay dan gak jelas juntrungan langsung membuatku ilfil. Kenapa gak sekalian minta copy KK gitu? Cek PBB kek, atau mau foto BPKB sekalian?

Sempat terpikir barangkali akunya yang terlalu kaku. Tapi setelah membaca sebuah artikel, sepertinya aku bukan satu-satunya manusia di dunia yang keberatan dengan pertanyaan senada, dari orang yang baru pertama ditemui.

Entah karena pekerjaan atau faktor lain, sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut ini jika kamu tak ingin merusak kesan pertama di mata orang lain.

1. Membual

Kesan pertama begitu menggoda, itu hanya cocok untuk iklan. Kamu tidak perlu menceritakan hal-hal yang tidak ada untuk menarik perhatian orang lain. Kebohongan selalu membutuhkan kebohongan lain untuk menutupinya.

Alih-alih terkesan dengan apa yang kamu umbar, sekali kamu ketahuan berbohong, orang akan sulit menerima ucapanmu selamanya.

2. Berlebihan

Tak perlu berusaha terlalu keras agar dihargai oleh orang lain. Pertemuan pertama yang terlalu cemerlang justru memberatkanmu di kali kedua dan seterusnya. Jadilah diri sendiri, sehingga kita bisa mengatur langkah yang tepat.

Memperlihatkan potensi dan kelebihan memang layak dilakukan, tapi sebatas untuk mengenalkan diri, bukan ajang pamer. Orang lebih suka melihat pencapaianmu suatu saat nanti, daripada mendengar rencana-rencanamu hari ini.

Baca juga: Cara Bertahan Hidup pada Detik yang Genting

3. Terlalu Terbuka

Bukan menyarankan untuk berbohong, tapi sebaiknya berilah informasi sekadar di permukaan saja. Orang tak perlu tau apa masalah pribadimu, maupun kesulitan-kesulitan yang belum tentu menemukan solusinya dari obrolan perdana itu.

Jangan pernah curhat pada orang yang baru pertama kali kamu temui. Karena biasanya hal semacam ini akan jadi penyesalan di kemudian hari. Lagipula, kamu bisa dicap tidak dewasa karena mengumbar aib sendiri pada orang yang belum dikenal baik.

4. Tak Kenal Jeda

Yang disebut obrolan adalah pembicaraan dua arah. Jika kamu terus bicara tanpa kenal jeda, artinya hanya terjadi satu arah pembicaraan dan itu jelas tidak positif. Orang tidak datang untuk mendengar kuliahmu kan!

Aku pernah mengalami kondisi seperti ini. Memang awalnya kisah yang diceritakan seseorang itu menarik, tapi karena ia terus bicara, akhirnya ia sendiri kehilangan arah dan berputar di kata dan kalimat yang sama sepanjang pembicaraan itu. Membosankan sekali, dan bikin kapok duduk di dekatnya!

Baca juga: Jangan Mau Tertipu Diskon Bodong

5. Usil

Inilah poin yang contohnya sudah kupaparkan di awal. Meski hanya menggali informasi remeh, jelas itu bukan basa-basi yang cocok untuk dijadikan bahan pengantar menuju keakraban.

Pada sebagian orang, kebiasaan usil pada pertemuan pertama ini menyebabkan lawan bicara terpaksa berbohong untuk menutupi kekurangannya. Namun apa pun respons yang kamu dapat, secara umum orang tak akan menyukai sikap awal yang kamu perlihatkan.

Jika si usil bertemu si pembual atau si lebay, lucu juga kali ya! Tapi jika si usil bertemu dengan yang terlalu terbuka, lawan bicaranya mungkin akan makin menelanjangi diri. Lalu apa yang terjadi jika yang usil bertemu yang tak kenal jeda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun