Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Apa di Balik Diskon?

12 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 12 Februari 2021   07:07 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mi, beli detergen dak?" suamiku melakukan panggilan video ketika beliau sedang berada di salah satu dari dua minimarket yang kerap berhadapan atau berjejer di jalur yang sama. "Ini pada diskon!"

"Ah, bohong bae tu. Dak diskon dak, cuma dipajang di depan!"

Tanpa babibu, suamiku tau-tau memutus panggilan. Tiba di rumah, baru beliau cerita bahwa suaraku terdengar di seantero minimarket, bahkan didengar oleh kasir dan para karyawan. Makanya suami refleks menutup vidcall.

Merasa bersalah? Nggak dong! Perempuan selalu benar? Nggak juga. Nyatanya memang begitu salah satu trik mereka, memajang beberapa produk yang tidak sedang promo di rak promo. Tak percaya? Buktikan sendiri!

Ke minimarket atau swalayan tertentu, aku biasanya datang pada hari tertentu pula. Hanya melihat yang dilabeli diskon atau promo tertentu. Selain hari itu, atau selain produk dengan label khusus, lebih baik tidak ditoleh. Harganya bikin sakit kepala.

Baca juga: Trik Psikologis ala Supermarket 

Segitu amat ya cewek kalau belanja! Bukan karena ceweknya, tapi karena perempuan memang sering belanja. Suamiku kalau ke pasar tradisional, rela menawar dan pindah sana-sini untuk mendapat harga murah. Ketika di swalayan, tak lihat-lihat label harga tau-tau sudah di kasir.

Aku sebaliknya, ke pasar tradisional pilih pedagang yang sepi atau yang dekat. Tanya harga, bayar. Di swalayan, lihat harga, cari label halal, lihat tanggal produksi dan kedaluwarsa, lalu baca komposisi. Belum selesai, ingat-ingat lagi, ini beneran butuh atau pengin doang. Mungkin hidupku memang kurang ribet, jadi butuh yang nyusahin.

Selain soal posisi yang kerap menipu, nih kuberi tau lagi ada apa di balik diskon dan promo tertentu oleh pedagang secara umum. Bukan hanya swalayan dan minimarket, olshop juga tak jarang melakukannya!

1. Barang yang Dicampur

Di swalayan, ini biasa berlaku dengan dengan keranjang pakaian. Antara yang diskon dengan yang tidak, dicampur jadi satu. Setelah memilih model, cek lagi labelnya, pilihanmu yang didiskon atau yang harga normal?

Di minimarket, di antara sederet produk diskon, biasanya ada satu dua produk harga normal yang sengaja disisip. Matamu harus awas!

2. Produk Kedaluwarsa

Syukurnya trik curang yang satu ini sudah jarang kutemui. Mungkin karena sering dirazia oleh yang berwajib. Ada pula yang mendekati tanggal expired, tapi belum melampauinya. Potongan harga biasanya lumayan, bisa lebih dari 50%.

Dibeli nggak? Kadang kubeli juga sih, tapi yang bukan makanan atau kosmetik. Atau kalaupun makanan, cari yang jarak kedaluwarsanya lebih dari satu bulan, dan bakalnya langsung dikonsumsi setelah dibeli. Alhamdulillah sampai sekarang masih sehat.

3. Cuci Gudang dalam Arti yang Sebenarnya

Semua yang kusebutkan adalah berdasarkan pengalaman pribadi, termasuk cuci gudang yang benar-benar barang gudang. Waktu itu aku membeli meja kecil untuk alas laptop. Pilihan warnanya bagus, fotonya menawan.

Bahkan kuajak teman-teman untuk juga membeli demi menghemat ongkos kirim. Diskonnya lumayan, tapi tak sampai separuh. Kalau lebih dari 50% jelas aku curiga duluan, tapi ini lebih terlihat alami.

Baca juga: Akibat Kawin Lari

Ketika barang datang, banyak-banyak istigfar! Dari lima meja, tiga di antaranya tidak sempurna. Ada yang sudutnya toel, ada yang copot ketika diset berdiri, dan macam-macam lagi cacatnya.

Kufoto satu per satu cacat produk, kukirim ke customer service. Komplain! Syukurlah responsnya bagus, barang yang rusak diminta kirim kembali, untuk diganti yang lebih baik. Oke, kukirim balik.

Cukup lama masa penantian, akhirnya barang datang. Kalau yang lama cacatnya 40%, yang datang berikutnya sekira 25%. Masih bisa dikirim balik, dengan syarat biaya pengiriman ditanggung sendiri. Hitung-hitung untung rugi, ya mending dibiarkan saja.

Kirim balik, iya kalau yang datang berikutnya memang bagus, kalau cacatnya malah lebih dari 25%? Sama-sama rusak seperempat pun tetap rugi. Bayar ongkir, makan waktu, belum emosinya. Jadi ambil pelajaran sajalah biar tetap untung!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun