Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Nursini Rais ke Pasutri Tjiptadinata

9 Januari 2021   19:12 Diperbarui: 9 Januari 2021   19:19 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langsung saja, hari ini rindu bener dengan Nek Nursini. Beliau yang dulu tanya-tanya soal UC, lalu beralih ke Kompasiana. Ketika UC bangkrut, aku ngekor beliau ke platform ini. Sekarang Nenek malah hilang kayak Jack Ma.

Aku selalu suka melihat lansia yang produktif, terutama menulis. Membayangkan masa tuaku nanti, kalau sempat tua, ingin seperti itu juga. Istirahat di antara buku-buku, membaca dan menulis, tak dipusingkan dengan urusan materi apalagi notifikasi chat sana sini.

Setelah "diantar" Nek Nursini ke Kompasiana, aku dipertemukan dengan sejoli yang lebih senior usianya dari beliau, Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina.

Baca juga: Awas, Suaramu Bisa Ditiru Burung Ini!

Keduanya telah menabur ribuan artikel di Kompasiana, sehingga sangat kecil kemungkinan jika ada kompasianer centang biru yang tak mengenal pasutri ini. Taruhan, kalau dicomot satu kompasianer, lalu tanya apa yang dia tau tentang Pak Tjipta dan istrinya, aku yakin jawabannya akan sama jika kamu comot kompasianer lain satu per satu sampai terkumpul satu gedung.

Jadi gak perlu kuulas lagi tentang Pak Tjipta maupun Bu Lina, orang-orang sudah paham. Ada dua hal yang kusimpulkan dari pengalaman mereka. Pertama, menjadi sukses (yang dari tulisan keduanya digambarkan dengan menua dalam keadaan sehat dan bebas finansial) butuh proses yang tidak mudah.

Kedua, orang cenderung mengenang hal yang baik dan indah. Poin kedua ini punya imbas positif dan negatif. Positifnya Pak Tjipta dan istri, sebagai "pelaku sejarah" lebih banyak membahas hal-hal baik dan indah ketimbang masa sulit mereka.

Baca juga: Kompasiana dan Platform Lainnya

Kita tau tak mungkin ada kemudahan tanpa didahului kesulitan. Sisi negatifnya, pembaca yang kurang mampu menyaring, hanya terkenang yang baik-baiknya saja. Sehingga tidak sedikit yang bukannya termotivasi, justru kecil hati atau memilih tak percaya. Terserah mereka saja, mau dibawa ke mana hati dan pikirannya.  

Aku diwanti-wanti hanya boleh 300 kata. Ini saja sudah lebih. Di ultah Pak Tjip dan Bu Lina, kukasih tulisan ini tapi ada timbal balik. Tak masalah disebut tak ikhlas, permintaanku sederhana kok. Cuma satu; Pak/Bu Tjip, tolong rayu Nek Nursini agar ke Kompasiana lagi.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun