"Mbak, kok diajak gabung dak mau?" tanyaku pada seorang senior.
Selang satu atau dua hari sebelumnya, seseorang mengajakku untuk bergabung dengan komunitasnya. Dengan yang mengajak itu, aku hanya mengenalnya sebatas nama. Saat ia menemuiku di suatu tempat, itulah kali pertama kami berbincang.
Mendengar nama-nama yang ia sebut sebelumnya, aku pun bersedia gabung. Meski beberapa memang tidak kukenal secara baik, mungkin dengan berada pada satu komunitas, kami bisa saling bersilaturahmi.
Kusarankan mengajak pula Mbak X ini. Tapi kata yang mengajakku, Mbak X belum bisa.
"Tari nikmatilah dulu. Tapi aku tebak, tipikal Tari dak akan kuat dengan dia," jawab Mbak X sambil tersenyum penuh arti.
Aduh, prasangka buruk di kepalaku seolah ketemu jodohnya. Perkawinan antara su'uzhon dan sugesti. Biasanya langgeng nih!
Baca juga: Taaruf Kuy!
Teman atau Bos?
Segera setelah komunitas terbentuk, diadakanlah berbagai kegiatan. Benar saja, baru satu kegiatan, aku sudah mundur dari kepengurusan.
Bagaimana tidak, setiap hari instruksi bertaburan oleh seseorang dari tempat yang jauh. Layaknya remote control, ia cukup menekan tombol, dan para "pion" di sinilah yang harus ke sana kemari.
Setiap pekerjaan, nyaris tidak ada yang tanpa revisi. Semua harus sempurna. Siapa yang menyempurnakan? Ya para bidak itu!
Untuk selanjutnya, diadakanlah kegiatan yang rencananya akan berjalan rutin. Apa lacur, hanya untuk membedah naskah, Nyonya Remote Control lagi-lagi menginginkan tempat yang wah.