Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Alasan Seseorang Merekam Aktivitas Seksnya Sendiri

8 November 2020   11:53 Diperbarui: 8 November 2020   17:51 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Amy Shamblen on Unsplash

Kemarin "gisel" dengan aneka tagar dan variasi kata yang berkaitan, trending di Twitter. Bukan kepo soal artis, walaupun gak ada yang ngelarang juga kalau mau kepo. Tapi karena kebutuhan topik menulis, jadi melihat apa yang sedang jadi bahan perbincangan, adalah jalan ninja seorang penulis konten.

Lalu bertaburanlah analisis ala warganet, soal gorden, sudut ruangan, request link, sampai yang membagikan link channel Youtube-nya padahal tidak ada hubungan blas dengan Gisella Anastasia.

Namanya media sosial, komentar para netijen jauh lebih menarik ketimbang konten medsos itu sendiri. Ya kan!

Sejak kasus Ariel Noah dulu, aku penasaran kenapa orang suka merekam aktivitas seksualnya sendiri. Padahal zaman ketika acara Buser jadi tontonan paling laku, kasus video yang sering muncul adalah rekaman hasil ngintip.

Maksudnya, pasangan entah resmi atau tidak itu sudah melakukan "aktivitas" mereka secara sembunyi-sembunyi, tapi ada oknum jahat yang merekam dan menyebarkannya.

Tapi pada kasus yang belakangan marak, fokusnya bukan lagi soal siapa yang merekam. Karena perbuatan merekam tersebut dilakukan oleh model dalam video itu sendiri.

Yes, aku bukan sedang menganalisis, tapi membagikan apa yang kudapat dari belantara internet.

Baca juga: Kenapa pada Usia 40, Orang Jadi Sok-sokan?

Annabelle Knight, seorang ahli di perusahaan penyedia barang-barang "begitu", pada situs Metro, mengatakan bahwa merekam aktivitas seks pribadi adalah hal yang normal. Ya kali kalau dia bilang gak normal, perusahaannya bisa bangkrut.

Alasannya, video erotis bahkan porno, termasuk media yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan seks seseorang. Dan video yang dibintangi diri sendiri termasuk di dalamnya.

Sebuah situs kencan yang menyediakan ruang bagi orang yang ingin selingkuh (situs macam apa ini!) juga membenarkan pendapat Annabelle. Merekam diri sendiri dianggap sama seperti orang yang mengagumi baju baru di tubuhnya.

Saking senang melihat baju tersebut, seseorang kemudian merekam diri sendiri saat mengenakannya,  berupa foto maupun video.

Sebentar. Bukannya kalau terlalu kagum pada apa yang kita kenakan, rasanya nyaris tidak mungkin untuk tidak membagikannya agar dilihat orang lain juga?

Nah, pada tahap ini, orang tersebut akhirnya masuk ke kelompok eksibisionis. Yaitu perilaku menyimpang yang mana orang yang bersangkutan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dengan menunjukkan alat kelaminnya kepada orang lain di muka umum (halodoc).

Menurut American Psychiatric Association, eksibisionis termasuk dalam parafilia (ketertarikan seksual pada hal-hal yang tidak biasa atau tabu, KBBI). Sama seperti fetish kain jarik yang sempat viral beberapa waktu lalu.

Apa yang termuat di situs halodoc pun bisa dibilang senada dengan Annabelle Knight dan "situs kencan dengan selingkuhan" di atas. Meski eksibisionis tergolong gangguan mental, tapi merekam kegiatan ranjang pribadi dianggap hal yang normal.

Normal, selama itu tidak untuk dipublikasi. Masalahnya, siapa yang bisa menjamin video itu tak akan ke mana-mana? Terlalu banyak faktor yang bisa jadi sebab menyebarnya materi superpenting tersebut.

Konflik hubungan, human error saat menggunakan HP, aksi hacker, dll. Pantaslah Nabi Muhammad (shallallahu 'alayhi wasallam) melarang umatnya mengumbar cerita ranjang kepada orang lain.

Baca juga: Penyakit Mental Selain Eksibisionis

"Termasuk orang yang paling jelek di sisi Allah kedudukannya pada hari kiamat, yaitu lelaki yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, kemudian lelaki itu menyebarkan rahasianya." (HR Muslim).

Lah, mereka kan bukan sedang membagi cerita? Ya kalau sekadar ngobrol kosong soal ranjang saja dilarang, apalagi rekam merekam. Menghindari mudarat lebih utama daripada mencari manfaat.

Begitu pula dengan menyimpan video syur orang lain untuk meningkatkan gairah. Melihat aurat orang lain dan risiko kecanduan video porno, jelas tak sebanding dengan manfaat yang digadang-gadang para produsen video porno.

Dalam setiap video porno, ada perempuan yang dieksploitasi loh! Katanya peduli perempuan, kesetaraan gender, .... Kalau gak bisa ingat Tuhan, coba ingat ibu, istri, anak, dan atau saudara perempuanmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun