Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taaruf Online, Ada Nggak Sih?

1 November 2020   17:52 Diperbarui: 1 November 2020   18:02 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zamannya hijrah, orang-orang mulai suka dengan istilah-istilah islami. Dulu kata taaruf hanya seliweran di antara orang yang biasa ikut pengajian. Sekarang siapa saja familier dengan kata tsb. Bahkan taaruf dianggap sebagai pacaran islami.

Jadi tak heran, kalau kencan online pun bisa "disyariahkan" jadi taaruf online. Gak percaya? Coba cek di Play Store. Ada aplikasinya, Gengs!

Pacaran Islami, Adakah?

Zaman aku muda dulu, kalau ada yang mau menawarkan jodoh, biasanya ditanya, "Sedang proseskah?" Artinya apa kamu sedang taaruf dengan seseorang?

Kalau ya, comblang akan mundur. Karena tidak boleh meminang di atas pinangan orang lain, walau masih taraf pendekatan. Adabnya begitu.

Perlu ditanya, karena tidak nampak dengan jelas si A sedang didekati oleh siapa. Sebab proses itu begitu rahasia. Kalau gak sampai ke pelaminan, kan malu. Padahal kalau dipikir-pikir, cuma duduk ngobrol di masjid, ditemani senior pula. Nggak ada yang berkurang, kok malu ya?

Susah loh jadi ughtie zaman dulu. Malam minggu gak ada yang ngapelin, ortu resah. Padahal kitanya emang gak pengin diapelin. Jadi kuncinya di komunikasi. Biasanya jauh-jauh hari sudah bilang, pacarannya nanti setelah nikah.

Kupikir zaman sekarang akan lebih mudah. Orang-orang tua sekarang gak tua-tua amat, jadi biasa mengakses informasi dari banyak sumber. Sehingga ngerti deh, kenapa anaknya betah ngejomlo. Ternyata analisisku keliru.

Taaruf yang dulu begitu sakral, sekarang dipakai untuk mengislamisasi istilah pacaran. Jadi kalau yang pacaran (sebelum menikah), ceweknya pakai jilbab, maka mereka menyebutnya taaruf. Haia!

Kalau begitu, berarti membedakan taaruf dan pacaran hanya dari kostum pelakunya. Dangkal ah!

Ada cara yang lebih gampang. Mau yang pacaran pakai jilbab bayi, jilbab lebar, bahkan mukena, kalau taaruf ala mereka tidak mengantarkan mereka ke pelaminan, kemudian pasangannya disebut mantan, maka itu pacaran.

Sebab dalam proses aslinya, taaruf tidak meninggalkan mantan. Masa kenalan sekian jam langsung jadi mantan!

Seperti Apa Taaruf yang Benar?

Sebentar, kutegaskan dulu ya. Bahwa memilih taaruf daripada pacaran adalah upaya untuk menaati aturan Islam. Tapi yang dulunya pacaran kemudian sekarang telah menikah dengan pacarnya, bukan berarti lebih buruk dari yang proses nikahnya lewat taaruf.

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya." (HR Bukhari, no. 6607).

Maksudnya, ada orang yang biasa berbuat baik, tapi di ujung usia justru berbuat sebaliknya. Atau orang yang dulu sering maksiat, ternyata belakangan ia bertobat.

Hadits di atas bukan nyuruh santai, Bos. Masih ada besok untuk tobat, bukan itu. Tapi supaya kita tidak gampang memvonis orang. Yang dulu kacau bisa jadi besok baik. Yang sekarang baik belum tentu konsisten sampai ajal datang.

Balik lagi ke taaruf, gimana proses yang tepat? Sederhana sekali. Kamu cukup cari orang yang kamu percaya agamanya, minta tolong dia menjadi perantara jika sudah ada orang yang kamu target jadi calon pasangan.

Kalau belum ada, bisa minta bantu carikan pada yang kamu percaya itu. Beri daftar kriteria, berapa tingginya, warna kulit, penghasilan, dll. Isi kriteria yang diinginkan, dan tulis juga datamu sendiri. Biar adil.

Jadi kalau kamu pilih yang kulit putih, tuliskan juga kondisi kulitmu, warnanya apa. Ingin yang kaya, tulis berapa penghasilanmu. Biar ketauan, kamu cari yang selevel atau mau numpang makan. Ih jahatnya penulis artikel ini!

Kok kayak beli kucing dalam karung?

Nggak bakal berpikir begitu kalau percaya pada Allah. Sebab Allah gak mungkin zalim memberimu pasangan yang laknat banget kalau kamu bukan orang yang serupa. Kecuali untuk ujian, dan itu dipastikan kamu mampu.

Setelah bertukar data, dan kalian saling menerima. Selanjutnya kamu bisa salat untuk menguatkan hati, dan minta saran pada orang yang juga dipercaya agamanya. Jangan lupa, ngobrol sama orang tua!

Kamu yang paling tau bagaimana pemahaman orangtuamu. Jadi kamulah yang memutuskan, ke orangtua dulu atau ke ustaz/ustazah dulu. Yang jelas keduanya jangan sampai dilewatkan kalau kamu memang berniat taaruf.

Sarana taaruf juga bisa disesuaikan, gak harus ketemuan di masjid. Bisa di mana saja, termasuk lewat aplikasi, media sosial, dll. Intinya, kamu tidak berduaan dengan calonmu itu. Nah, beda kan dengan pacaran?

Prosesnya juga gak sampai bertahun-tahun. Biasanya kisaran 3 bulan. Jadi sebelum berniat taaruf, ya nabung dulu. Jangan sampai setelah kenalan, kamu minta ceweknya nunggu tabunganmu cukup. Anak orang itu, bukan barang!

Hikmahnya, taaruf memang diniatkan serius untuk menikah. Bukan sekadar kenalan, apalagi iseng-iseng. Bahkan ketika mengisi data, itu seolah kita akan menikah bulan depan. Beda lagi kan dengan pacaran?

Jadi kalau ada aplikasi atau grup yang mengklaim diri sebagai biro jodoh islami, tapi proses perkenalannya tidak beda dengan pacaran, itu namanya bukan taaruf online. Ya kencan biasa, kayak babi panggang yang dikasih stempel halal. Mau? 

Baca juga: 7 Dosa Besar dalam Islam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun