Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kamu Kira Centang Biru Itu Selalu Aman? Sini Sini!

28 September 2020   08:12 Diperbarui: 28 September 2020   08:20 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasianer centang biru (dokumentasi Syarifah Lestari)

Silaturahmi itu penting, baik di kehidupan nyata maupun di dunia blogging. Termasuk di Kompasiana. Seperti platform blog lainnya, rajin-rajinlah blog walking agar panjang umur. Eh, jadi balik ke dunia nyata lagi. Silaturahmi memperpanjang usia.

Dasar penulis receh, buka paragraf aja muter-muter!

Jadi kalau ada kompasianer yang memberi rating, mainlah ke "rumahnya" juga. Beri ia rating, apa saja, asal jangan "tidak menarik". Itu namanya air susu dibalas air ketuban. Iya, gak nyambung.

Aku sendiri belum pernah sih memberi rating itu. Kalau tak menarik ya sudah, tinggalkan. Atau beri masukan di kolom komentar, "Nulis yang bagus woi, ngabisin waktu aja baca tulisan lu!"

Lakukan itu kalau pengin punya musuh. Halah, ke mana sih ini.

Baca juga: Kenapa Kebanyakan Penulis Itu Laki-laki? 

Oh ya, di antara langganan saling rating, ada salah dua kompasianer yang ketika disambangi, ternyata rumahnya digembok. Jangankan aku, mereka sendiri gak bakal bisa buka gembok itu. Kuncinya dibuang admin!

Kutanya via WA, kalau sudah digembok, bisa dibuka lagikah? Jawab admin, tidak.

Kutanya lagi, bagaimana mengetahui banyak pelanggaran yang sudah dilakukan dan berapa batasnya, apakah bisa membuat akun baru dengan data yang sama? Dikacangin sampai hari ini.   

Untung hatiku sedang senang, karena hari ini ketemu penjual tempe mendoan. Biasanya aku curhat dengan gaya bahasa menye-menye saking sedihnya.

Mengapa aku tiba-tiba seperti orang cemas, bukannya sudah centang biru?

Pertama karena melihat nasib dua kompasianer, yang istilah kasarnya, didepak dari Kompasiana. Jiwa gibahku bertanya-tanya, ada apa gerangan? Kenapa mereka seperti impostor di Among Us.

Eh, salah istilah. Kalau mereka impostor, berarti admin tukang fitnah. Ngawur kamu!

Kedua, karena ingat dosa-dosaku sendiri selama di Kompasiana. Ketika kubaca lagi artikel-artikel jadul, kok nggemesin ya. Akhirnya sebagian kuhapus, karena sesak melihatnya.

Pernah pula kuposting artikel, yang oleh admin dihapus, lalu aku disemprit. Lupa apa masalahnya.

Juga ada pengalaman posting lain. Artikelnya tetap tayang, tapi diberi peringatan soal sumber gambar. Waktu itu kutampilkan sederet foto editan Mr.Bean dari laman pinterest.

Karena pinterest bukan situs penyedia gambar, jadi hal itu termasuk sebuah pelanggaran.

Nah kemarin, artikel yang menurutku faedahnya pol abis, ternyata dicabut label pilihannya oleh admin. Kutunggu-tunggu pesan dari admin, apakah artikel yang sama pernah dipublish di tempat lain, atau ada "dosa" tertentu di baliknya.

Pesan itu tak juga datang.

Sebenarnya sejak proses memoles, firasatku sudah tak enak. Tapi tak tau di mana salahnya. Artikel itu memang sudah lama di folderku, bisa jadi pernah kuposting di suatu tempat.

Tapi sebelum posting, bahkan sebelum merapikan, sudah kucek dengan tools gratisan. Hasilnya, tiap kalimat dinyatakan unik. Artinya tidak ada artikel yang sama di jagat internet.

Baca juga: 6 Kebiasaan Buruk yang Enak Dilakukan

Jadi teringat ketikan salah seorang suhu blog di WAG, "Aku gak suka tools gratisan." Entah sedang pamer atau sedang melecehkan kami si hamba barang gratisan. Tapi sekarang aku nyambung maksudnya.

Bisa jadi artikel itu memang sudah pernah muncul di sebuah laman, tapi tak terdeteksi oleh tools yang kupakai. Tapi ini bisa benar bisa tidak. Hanya Allah dan admin yang tau di mana masalahnya.

Berharap kalaupun tebakanku benar, itu bukan sebuah pelanggaran. Memangnya kalau diblokir Kompasiana, lantas tidak bisa menulis lagi?

Jelas bisa, ada banyak platform lain. Aku hanya tak mau diputus saat sedang sayang-sayangnya. Biar kedengaran lebih anak muda. Padahal kata Mamak, itu njelehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun