Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Orang Hamil Tak Boleh Asal Manut

21 September 2020   14:15 Diperbarui: 21 September 2020   14:21 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alicia Petresc on Unsplash


Banyak mitos seputar kehamilan yang berkembang di masyarakat Indonesia. Apalagi untuk perempuan hamil, ada sekian banyak pantang larang yang berlaku.

Logis atau tidak, kebanyakan kita lebih memilih cari aman dengan mematuhi saja wejangan orang tua. Jadi anak yang patuh sih bagus, tapi jadi ibu yang pintar ya kudu!

Beberapa mitos tersebut misalnya, orang hamil dilarang menutup lubang, karena dikhawatirkan bayi yang kelak dilahirkan tak memiliki anus.

Ibu hamil tidak boleh menyiang ikan, agar anaknya tak cacat. Pantangan ini bahkan berlaku pula pada ayah si calon bayi. Masih banyak lagi macam-macam mitos yang awet ratusan tahun.

Dulu sekali, aku punya teman yang (maaf) bibirnya sumbing. Oleh seseorang diceritakan bahwa ayah temanku itu dulunya nekat memancing, padahal istrinya sedang hamil.

Jadi semacam karma, bibir anaknya seperti terkena kail pancing. Kalau kepercayaan yang demikian terus dipelihara, aku khawatir akan banyak anak yang lahir dalam keadaan kurang gizi.

Padahal sebagaimana ikan, sayur dan buah yang merupakan tanaman, juga makhluk hidup. Mereka mungkin bisa merasa. Jangan-jangan padi pun merasa pusing selama proses menjadi beras.

Baca juga: 6 Kebiasaan yang Ternyata Tidak Baik

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, belakangan diketahui cacat yang dibawa bayi sejak lahir umumnya disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi sang ibu saat hamil, penyakit yang diderita, dan gen orang tua.

Misalnya Polygamist Down atau lebih dikenal dengan Fumarase Deficiency. Kelainan bawaan ini sering disalahartikan masyarakat, sebagaimana cacat lahir lainnya.

Pengidap fumarase deficiency menderita kejang tonik-klonik (kontraksi otot yang hebat, sampai hilang kesadaran), keterbelakangan mental, dan umumnya memiliki kelainan fisik seperti bibir sumbing, kaki pengkor, atau tulang belakang yang melengkung ke samping.

Sebelum tercerahkan oleh sains, orang-orang menganggap anak yang mengidap fumarase deficiency sebagai korban kelalaian orang tua terhadap pantang larang selama kehamilan.

Nyatanya, fumarase deficiency adalah cacat bawaan yang disebabkan hubungan darah yang dekat antara ayah dan ibu si anak.

Dilansir dari hallosehat.com (6/9/17), anak hasil inses yang memiliki fumarase deficiency juga mungkin mengidap microcephaly.

Microcephaly atau mikrosefalus adalah kondisi neurologis langka yang ditandai dengan ukuran kepala bayi yang sangat jauh lebih kecil dari kepala anak-anak lain di usia dan jenis kelamin yang sama.

Pasangan dari hubungan kekerabatan yang dekat, seperti orangtua dan anak, antarsaudara, atau---kadang---sepupu kandung, mengakibatkan gen pada keturunan biologis tidak saling melengkapi.

Gen resesif akan saling bertemu, dan jika mengandung penyakit bawaan, si anak dipastikan mewarisinya.

Firaun Tutankhamun yang berkuasa sampai 1323 SM diyakini merupakan korban inses orangtuanya. Sudah jamak diketahui, para bangsawan di masa lampau cenderung menikahi keluarganya untuk menjaga "darah mulia" mereka.

Studi oleh Asosiasi Jurnal Medis Amerika pada 2010 menyimpulkan bahwa Firaun Tut memiliki kaki pengkor, pinggul besar, dan gangguan tulang langka.

Raja yang mati muda itu sehari-hari menggunakan tongkat bukan sebagai tanda kewibawaan, tapi ia membutuhkannya untuk membantu berjalan.

Praktik menikahi keluarga dekat ternyata masih ada hingga kini. Bukan oleh bangsawan, tapi oleh orang biasa yang konon, dalam rangka mematuhi aturan adat.

Lagi-lagi aturan tertentu di kalangan masyarakat memberi dampak yang tidak bisa dianggap remeh.

Pada hubungan yang normal, gen dominan dan resesif saling melengkapi, sehingga risiko penyakit tetap tersimpan (tidak muncul). Jadi, kemungkinan penyakit diturunkan maksimal 50% saja.

Selain fumarase deficiency, masih ada sederet penyakit lain yang mengintai anak-anak dari pasangan inses maupun keluarga dekat.

Barangkali itulah salah satu hikmah adanya aturan mahram dalam agama, juga anjuran mengenal banyak suku di Al-Qur'an.

Baca juga: Ini Daftar Mahram Kita!

Ada banyak penyakit bawaan yang tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah dengan ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan tidak datang begitu saja. Harus diupayakan untuk mendapatkannya.

Banyak baca yuk! Aturan buatan manusia tidak mungkin sempurna. Pilah dengan niat dan adab yang baik.

sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun