Suami pulang misuh-misuh. "Memang kelompok sabuk putih ini, bikin masalah aja di mana-mana!"
Yang dimaksud dengan sabuk putih, adalah mereka yang baru saja ngaji, tapi sudah merasa paling berilmu. Kami memakai analogi karate, karena biasanya mereka yang baru bergabung justru paling sok jago.
Kebalikan dari praktik ilmu padi, makin berisi makin merunduk.
Ceritanya, salah satu rekan kerjanya setiap hari membahas poligami bersama rekan yang lain. Padahal menurut pengamatan suami, jangankan keilmuan, secara ekonomi pun ia belum pantas "buka cabang".
"Gajinya kan Abi yang kasih, kecil! Makan istri satu aja dak cukup, kok mau nambah. Dikira keren punya istri dua!"
Tanpa kuusut, sampai saja berita detailnya ke telingaku. Ternyata, teman kerja suami secara tak sengaja melihat wajah perempuan yang juga bekerja di sana.
Rekan kerja lainnya yang cerita padaku. Tak ingat yang mana, pokoknya bisik-bisik di antara mereka sampai padaku tanpa kuminta.
Ini serius ya, karena sejak dulu aku paling malas berurusan dengan pekerjaan suami. Sebagaimana aku tak mau beliau mencampuri urusan pekerjaanku terlalu dalam.
Lalu apa masalahnya melihat wajah? Aku pun tak tahu, mau bertanya takut dimarahi, hihi. Dikira bergosip dengan teman-temannya.
Si teman yang tak sengaja terlihat wajah itu, ternyata mengenakan cadar. Waktu hendak atau sedang salat, rekan yang laki-laki tadi melintas, dan terlihatlah wajah si perempuan.
Aku pernah datang ke sana, dan aneh juga sih, kok bisa terlihat. Karena ruangan laki-laki dan perempuan selain terpisah, juga tertutup. Niat atau kesempatan?
Maka sebagai "bentuk tanggung jawab", si laki-laki berkeras hendak menikahi perempuan itu. Barangkali cantik banget ya, karena sepanjang pergi-pulang kerja, kan ada banyak perempuan yang wajahnya dia lihat. Kenapa gak ngotot mau dinikahi semua?
Daripada dinikahi dia, si perempuan memilih berhenti kerja. Nyaho sia!
Baca juga: Cuma Cewek yang Punya 6 Hal IniÂ
Pertanyaan niat atau kesempatan masih menggelayut di benakku untuk kasus berikutnya. Yang ini bukan teman kerja, melainkan teman di komunitas.
Sedang santai, suami tanya, "Kalau ada cowok chat Ummi, dia cerita bahwa semalam dia mimpi basah. Lawannya Ummi. Apa yang Ummi buat?"
"Ummi ajak ketemu."
"Trus?"
"Ummi tonjok!"
Meledaklah tawa suamiku. Setelah itu, ia perlihatkan layar HP-nya padaku.
Khan maen, jendral! Ternyata pertanyaan tadi diangkat dari kisah nyata!
Anggaplah namanya Kumbang. Di kalangan komunitas, ia cukup populer. Bukan karena ganteng atau apanya, tapi ia terkenal sebagai jawara PHP.
Pedekate dengan cewek sana, sok peduli, tapi ramah luar biasa dengan yang sini. Janji nikah dengan cewek yang sana, tak taunya nikah dengan yang di sini. Kukira setelah menikah dia tobat, ternyata malah makin parah.
Karena kebanyakan kami mengenal tingkahnya, maka tak ada yang mau berurusan dengannya untuk masalah hati. Sampai kemudian, datanglah Kembang dari provinsi sebelah.
Karena berasal dari lembaga yang mirip dengan milik Kumbang, otomatis mereka tergabung dalam satu komunitas. Aku sendiri berada pada luar lingkar itu. Sayangnya, dari jalur lain mau tak mau aku harus mengenal pasangan yang dimabuk asmara ini.
Kumbang dan Kembang diam-diam main hati. Awalnya Kembang sering curhat bahwa Kumbang kerap menggodanya. Ah, aku sudah hafal.
Tak kuambil hati soal itu, toh Kumbang sudah menikah. Istrinya cantik, mapan. Dibanding Kembang, maaf, jauh sekali.
Jadi tak terpikir olehku di bulan berikutnya Kumbang bisa mengirim cerita fantasinya kepada Kembang. Imajinasi yang kelewat fantastis. Aku tak paham soal mimpi "khas" itu, tapi aku tak percaya begitu saja mimpi itu tak sengaja hadir.
Entah bagaimana cerita, kasus Kumbang dan Kembang akhirnya terkuak. Semua yang mengenal mereka marah, dan akhirnya istri Kumbang membuka semua kisah tentang kembang-kembang lain yang sudah digeniti si Kumbang.
Bahkan sampai informasi bahwa Kumbang sebenarnya impoten dan mandul, ia beberkan kepada salah seorang teman kepercayaannya.
Baca juga: Ibuku Selingkuh!
Memangnya ada teman yang bisa dipercaya untuk hal demikian? Ya nggaklah, beritanya ke  mana-mana. Hanya dengan melihat fotonya, aku dan beberapa teman yang tak sengaja bertemu pun tiba-tiba saling pandang seolah bicara dalam hati. Â
Kembang mungkin kesal, orang-orang menyalahkannya. Ia pulang kembali ke provinsi asal, karena nyaris semua kenalan di kota ini kadung memberinya label yang buruk.
Namanya pelakor, biarpun suami orang yang salah, tetap dia yang paling salah. Itu sudah hukum di dunia perempuan, Mbang!
Jadi, itu semua karena niat atau kesempatan sih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H