Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Obsesi Unik Orang dengan OCD, Pernah Alami?

23 Agustus 2020   16:30 Diperbarui: 23 Agustus 2020   16:31 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakayla Toney on Unsplash

Suatu hari ketika si kakak di TK, ada tambahan siswa baru di sekolahnya. Mereka dari luar provinsi, dialeknya beda tapi mudah akrab dan nampak ramah.

Kusebut "mereka", karena berinteraksi dengan ibu dan dua anaknya langsung. Sepertinya anak-anak yang semuanya laki-laki itu akan jadi teman yang menyenangkan bagi siswa lama.

Itu 5 tahun lalu, belum ada covid-19. Tapi si ibu tiap sebentar mencuci tangan. Anak-anak juga diperintahkannya begitu.

Begitu sampai di sekolah, mereka sibuk mencuci tangan. Mau makan camilan, cuci tangan. Habis makan, cuci lagi. Main sebentar, cuci tangan. Habis menulis cuci tangan. Sepertinya hidup mereka hanya dihabiskan dengan mencuci tangan.

Apa kabar keluarga itu sekarang ya? Apakah corona membuat mereka merasa menang atau justru makin paranoid?

Lain lagi dengan kenalan lamaku. Ia mengaku jika mengucap kalimat thoyyibah di dalam hati, emak-emak itu terbiasa menyambungnya dengan "satu dua tiga", juga di dalam hati.

Mau makan, "Bismillah satu dua tiga." Menguap, "Astaghfirullah satu dua tiga." Bersin, "Alhamdulillah satu dua tiga." Konyol ya!

Ternyata dua kebiasaan unik di atas adalah contoh gangguan obsesif kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorders). Masalah kejiwaan lainnya ada di sini.

Orang dengan gangguan obsesif kompulsif (selanjutnya disingkat OCD) tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukan suatu perbuatan secara berulang-ulang. Ya jadi semacam obsesi yang aneh.

Gangguan ini umumnya terjadi pada usia awal dewasa, tapi tidak menutup kemungkinan pada anak dan remaja juga. Menurut situs alodokter (30/4/19), sampai saat ini belum diketahui apa yang jadi penyebab OCD.

Tapi sejumlah faktor bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan tersebut. Yakni punya keluarga yang juga mengalami OCD, gangguan mental yang lain, dan pernah merasakan hal yang tidak menyenangkan.

Gejala OCD sebagaimana banyak terjadi pada gangguan mental lainnya, adalah perasaan cemas yang berlebihan. Untuk menghilangkan cemas tersebut, seorang dengan OCD merasa harus melakukan hal yang sama berulang-ulang. Contohnya seperti yang kuceritakan di atas.

Lalu bagaimana cara menyembuhkannya? Tentu saja ke dokter ahli psikiatri, alias psikiater. Nantinya pasien akan diwawancarai terlebih dahulu untuk diketahui lebih dalam apa yang sebenarnya ia alami.

Berlanjut ke pemeriksaan fisik dan lainnya. Lalu masuk deh ke tahap terapi dan pengobatan. Sesimpel itu? Gak juga sih. Sebab kabarnya psikiater gak terima BPJS. Jadi kalau kabar itu benar, pasien OCD makin menjadi-jadi deh cemasnya.

Haha, tenang. Semua penyakit ada obatnya, kecuali maut. Berdasarkan apa yang pernah kubaca dan alami sendiri, obat bagi penyakit dan gangguan terkait mental yang paling utama adalah spiritual.

Apa pun agamamu, pendekatan kepada Maha Pencipta merupakan obat mental terbaik. Opiniku ini didukung sepenuhnya oleh salah seorang psikiater di kotaku. Dan punya landasan kuat:

 .... Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS ar-Ra'du: 28).

sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun