Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kabur ke Hutan Gara-gara Belajar Daring? Jangan Sampai!

28 Juli 2020   10:57 Diperbarui: 28 Juli 2020   11:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sekolah/kompas.com

Kelak, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, ketika orang-orang membahas pandemi covid yang terjadi saat ini, mereka harus tahu; emak-emak adalah manusia paling galau terkait aktivitas anak.

Disebut-sebut sekolah bakal dibuka, orangtua cemas. Tidak dibuka, orangtua, terutama para mamak, repot bukan main dengan urusan belajar daring.

Mending kalau di rumah ada beberapa gawai yang bisa dimanfaatkan, apa kabar mereka yang cuma punya satu HP, atau malah tak punya sama sekali?

Masih soal aktivitas anak, sudah pun mereka menyelesaikan tugas sekolah, bagaimana dengan hak bermain mereka. Dibiarkan main di luar, situasi belum terlalu aman. "Disimpan" di rumah, mereka bosan.

Beli mainan baru, pemasukan orangtua saja berkurang jauh, alih-alih ingat beli mainan. Dikasih HP gak sehat, dibiarkan nonton TV programnya banyak yang bikin susah hati. Tuh kan, njelimet!

Akhirnya ya sudahlah, sembari mengerjakan tugas, kubiarkan mereka menyalakan TV. Entah channel apa yang dipilih, yang jelas suaranya terdengar dari kamarku. Biasanya memang hanya film anak atau pengetahuan umum.

Sampai kemudian, kudengar mereka menonton film Mowgli. Film yang diangkat dari buku The Jungle Book karya Rudyard Kipling.

Malas berdiri, aku teriak dari kamar, "Kakak, Adek, itu cuma film ya! Aslinya manusia kalau diasuh hewan dak sepintar itu!"

"Iya, Mi, tau." Syukurnya si kakak baik, ia datang ke arah suara. Bukan balas berteriak.

Kisah Mowgli pada buku maupun sekian versi film, kabarnya terinspirasi oleh kisah Dina Sanichar, seorang anak yang hidup bersama sekawanan serigala di hutan India pada tahun 1872.

Sanichar ditemukan oleh sekelompok pemburu yang melihatnya berjalan dengan tangan dan kaki mengikuti serigala. Untuk mengambil Sanichar dari "keluarganya", para pemburu kemudian membakar gua tersebut.

Ketika kawanan serigala dan Sanichar keluar, mereka menembaki serigala, dan membawa Sanichar ke panti asuhan. Kata "Sanichar" berarti Sabtu, dalam bahasa Urdu. Hari di mana ia tiba di panti asuhan.

Tak mudah bagi pihak panti untuk mengembalikan Dina Sanichar ke insting manusianya. Ia tak bisa bicara, kesulitan berpakaian, dan disinyalir memiliki IQ sangat rendah.

Sayang, entah siapa yang kemudian mengenalkan bocah itu pada rokok. Sanichar tak berumur panjang, ia terkena TBC dan wafat di usia 29 tahun.

Ada banyak kisah anak-anak liar lainnya di berbagai tempat di dunia. Dari yang nyata dengan bukti valid, hingga sedikit nyata kemudian dibumbui secara berlebihan. Banyak di antara mereka yang hidup bersama hewan, yang oleh banyak orang dibahasakan "diasuh oleh hewan". Tentu itu dua hal yang berbeda.

Tapi, baik hidup bersama maupun diasuh oleh hewan, tidak satu pun dari anak-anak tersebut yang secerdas Mowgli. Tidak ada hewan yang sukses membesarkan manusia!

Aku sengaja memberitahu anak-anak agar mereka tak terinspirasi untuk berlari ke hutan demi mendapat pengasuhan yang lebih baik di sana. Rada konyol ya.

Begitulah, aku percaya apa yang mereka tonton akan berpengaruh pada cara berpikirnya. Sebagaimana zaman kecil dulu, ketika anak-anak seusiaku atau yang lebih tua, kerap kabur dari rumah karena terinspirasi tontonan masa itu.

Salah satu yang populer adalah film yang diperankan oleh Rano Karno. Aku tidak tahu judulnya, yang kuingat film itu bercerita tentang anak kecil yang kabur dari rumah, kemudian dibesarkan oleh keluarga kaya.

Percaya gak percaya, tahun 90-an dulu, ada banyak kisah anak-anak yang minggat di sekitar rumahku. Alasannya satu, mereka berharap diadopsi oleh orang kaya!

Sementara di dekat rumahku masih banyak semak tinggi (bukan hutan) yang ramai dengan monyet. Takutnya anak-anak kabur ke sana untuk menghindari WA dan Zoom, dikira hidup dengan monyet lebih menyenangkan daripada sekolah daring!

Kisah anak liar lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun