Kelak, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, ketika orang-orang membahas pandemi covid yang terjadi saat ini, mereka harus tahu; emak-emak adalah manusia paling galau terkait aktivitas anak.
Disebut-sebut sekolah bakal dibuka, orangtua cemas. Tidak dibuka, orangtua, terutama para mamak, repot bukan main dengan urusan belajar daring.
Mending kalau di rumah ada beberapa gawai yang bisa dimanfaatkan, apa kabar mereka yang cuma punya satu HP, atau malah tak punya sama sekali?
Masih soal aktivitas anak, sudah pun mereka menyelesaikan tugas sekolah, bagaimana dengan hak bermain mereka. Dibiarkan main di luar, situasi belum terlalu aman. "Disimpan" di rumah, mereka bosan.
Beli mainan baru, pemasukan orangtua saja berkurang jauh, alih-alih ingat beli mainan. Dikasih HP gak sehat, dibiarkan nonton TV programnya banyak yang bikin susah hati. Tuh kan, njelimet!
Akhirnya ya sudahlah, sembari mengerjakan tugas, kubiarkan mereka menyalakan TV. Entah channel apa yang dipilih, yang jelas suaranya terdengar dari kamarku. Biasanya memang hanya film anak atau pengetahuan umum.
Sampai kemudian, kudengar mereka menonton film Mowgli. Film yang diangkat dari buku The Jungle Book karya Rudyard Kipling.
Malas berdiri, aku teriak dari kamar, "Kakak, Adek, itu cuma film ya! Aslinya manusia kalau diasuh hewan dak sepintar itu!"
"Iya, Mi, tau." Syukurnya si kakak baik, ia datang ke arah suara. Bukan balas berteriak.
Kisah Mowgli pada buku maupun sekian versi film, kabarnya terinspirasi oleh kisah Dina Sanichar, seorang anak yang hidup bersama sekawanan serigala di hutan India pada tahun 1872.