"Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman."
"Siapakah, Rasulullah?" tanya sahabat.
"Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya," jawab beliau. (HR Bukhari).
Tak tahu waktu, entah magrib saat orang sibuk ibadah, atau sebelum subuh saat kami masih goyang-goyang melihat jam dinding. Bahkan tengah malah sekalipun. Jika ada yang mengetuk warung, bapakku selalu membukakan.
"Memangnyo untung berapo sih?" kata salah satu kakakku yang kerap protes.
"Sudah macam warung 24 jam! Kalau bukan karena yang lain tutup, belum tentu jugo orang tu ke sini."
"Cuma beli rawit segenggam, kalo dak tu korek api sikok, dibukain jugo!"
Meski hampir semua anaknya kesal, Bapak tetap saja melakukan itu. Tak pada peduli protes kami.
Bertahun-tahun itu terjadi, dan sekali waktu bapakku bilang, "Kamu tu dak tau!"
Sudah, cuma itu saja. Entah apa yang tidak kami ketahui. Sampai-sampai kakak-kakakku berpikir Bapak hanya mempertimbangkan keuntungan. Padahal risikonya besar.
Bagaimana jika di tengah malam, yang mengetuk itu adalah rampok?
Kemudian suatu hari, Mamak akhirnya bercerita. "Dulu, waktu kalian masih kecil-kecil, ado orang ngetok pintu mau belanjo. Karena sudah malam, dak dibukakan Bapak. Orang itu marah, rumah kito dilempari.
Besoknyo lagi, ado api di dekat kalian tidur. Pokoknyo setiap malam ado be ulah orang tu. Entah ngelempar, entah mukulkan parang ke dinding, gara-gara Bapak dak mau ngeladeni mereka malam-malam."
Tahulah kami, ternyata Bapak trauma dengan kejadian di masa aku bahkan belum lahir. Yang disebut Mamak "kalian", itu kakak-kakakku.
Itu zaman dulu ya! Zaman sekarang ... eh ternyata masih banyak yang rese' sama tetangga. Bahkan di negara maju.
Adalah Jennifer McLeggan, seorang ibu tunggal yang tinggal di Valley Stream, desa di Nassau County, New York, Amerika Serikat.
Jennifer menjadi korban tindakan rasis oleh tetangganya. Hari gini, masih ada tetangga yang mengintimidasi orang lain karena warna kulit!
Yup, Jennifer seorang perempuan kulit hitam. Yang memalukan, pelakunya seorang laki-laki! Kurang kerjaan banget si bapak ini. Julid kok sama cewek!
Selama 2,5 tahun tinggal di sana, Jennifer puas dikirimi kotoran anjing, bangkai tupai, bahkan si tetangga level amit-amit ini mondar-mandir bawa senjata di dekat rumahnya. Serem gila.
Syukurlah lewat ide itu, kasus ini menjadi viral. Ada banyak orang, terutama sesama warga kulit hitam, yang datang untuk melindungi Jennifer. Baru kemudian pihak berwenang merasa terpanggil untuk turut menyelesaikan masalah. Kirain itu cuma kelakukan polisi di T-Series!
Bapakku yang juga sudah wafat, membawa traumanya hingga ke hari tua, bahkan hingga akhirat. Aku yakin akan ada masanya mereka rugi banyak karena harus mengganti kezalimannya di tempat yang tak guna penyesalan. Karena selama hidup pun, tak pernah mereka minta maaf pada orangtuaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H