Beda hal ketika aku menerbitkan novel pribadi secara indie. Di salah satu komunitas literasi, ada semacam kesepahaman tak tertulis antaranggota. Jika ada teman yang menerbitkan buku, haram minta gratisan!
Kalau perlu, beli dengan harga lebih. Bahkan wajib turut menawarkan ke orang lain, alias bantu promosi. Jika sedang luang, teman-teman juga bersedia mereview tanpa imbalan. Lewat medsos, blog, dsb.
Dua sikap yang sangat berkebalikan. Sampai sekarang masih jadi PR di kepalaku, itu semua karena faktor lingkungan (yang satu di tempat kerja, satu lagi tempat "main") atau tabiat pribadi?
Dan bodohnya, kenapa sekarang aku harus mengingat-ingat kenangan buruk itu? Padahal sudah berlalu sekian tahun. Aku juga sudah telanjur sering belanja pakaian di tempat teman yang usil itu, padahal sekali pun tak pernah ia membeli daganganku.
Kenapa harus ingat? Bikin rusak hati, ah. Mungkin saking tak ada bahan tulisan. Dasar aku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H