Soal sinyal, aku punya pengalaman menarik. Waktu itu kami tengah berdiskusi soal sinyal internet di Jambi. Lokasi rumahku yang berbatasan dengan kabupaten, dianggap teman-teman sebagai wilayah pinggiran kota.
Bully membully di komunitas sih biasa. Begitu pula yang terjadi di WAG tersebut. Habislah aku dibercandai teman-teman di sana, yang menurut mereka, tempatku miskin sinyal. Sayang waktu itu aku masih sibuk mengejar deadline, jadi hanya membalas sekenanya.
Jarak beberapa hari, kami rapat kembali. Kali ini lewat Google Meet. Ketika beberapa dari mereka sibuk ngedumel karena sinyal hilang timbul, aku bahkan rapat sambil nonton streaming!
Iseng-iseng kukirim print screen kegiatan di layar laptopku ke mereka, untuk membalas bully kemarin soal lokasi pinggir kota kemarin. Semuanya kompak no respons. Entah malu, atau gambar yang kukirim hanya loading di gawainya.
Tetap Kreatif Meski di Rumah Saja
Kita sudah mafhum, pandemi membuat semua orang harus beradaptasi sekarang juga. Tidak bisa menunggu semuanya kembali normal, karena peluang untuk seperti sedia kala juga terlalu kecil kemungkinannya.
Kita mengenal kondisi ini sebagai new normal. Lanjutkan hidup apa pun kondisinya! Yang bekerja, sekolah, dll, harus mampu menyesuaikan diri.
Apalagi dengan internet, kita mampu #KalahkanJarak untuk hampir semua aktivitas yang biasa dilakukan sejak sebelum pandemi. Contoh remehnya ada di rumahku.
Selain suami yang harus rapat dari rumah, anak-anak pun tak kehilangan keceriaan mereka meski sekarang belum dibebaskan bermain di luar. Mereka masih bisa berkreasi dengan buku, spidol, dan yang paling utama, imajinasi mereka.
Aku membuatkan satu akun bersama untuk dua anakku, isinya hasil gambar dan berbagai kegiatan mereka. Sebagai arsip sekaligus tempat mereka belajar (dengan mengikuti akun dan tagar yang diminati) dan berbagi dengan teman-teman yang sekarang belum bisa mereka temui.