Aku tidak tahu ini cerita mistis atau komedi. Syukur-syukur ada yang menganggapnya inspiratif. Semoga bermanfaat sajalah.
Aku adalah satu dari jutaan anak Indonesia yang semasa kecil ditakuti-takuti oleh orang dewasa. Awas, di situ ada hantu! Ancaman khas untuk menjauhkan kita dari tempat yang tidak aman. Niatnya baik, caranya keliru.
Kakak sulung sering menyebut "momok", untuk membuatku menjauh dari tempat tertentu. Aku memahami bahwa momok adalah sesuatu yang menakutkan, dari ekspresinya.
Ketika kutanya padanya, apa itu momok? Kakakku itu malah menyebut kodok. Dasar labil. Aku tak ingat berapa usiaku waktu itu, bahkan mungkin tak tahu ada di usia berapa. Yang jelas jarak usia kami 15 tahun, artinya dia bukan anak kecil lagi waktu itu. Tapi kurang pas disebut dewasa.
Pokoknya kalau aku agak jauh, ke tempat gelap, dsb, dia akan bilang, "Hii, ado momok di situ!" lalu aku kembali padanya.
Nah, kakakku ini punya kebiasaan menonton TV hingga larut malam di rumah tetangga. Bukan gaul, memang di rumah kami tak ada TV. Tapi aku bersyukur, sepertinya itu yang membuatku tak suka nonton TV sampai sekarang.
Setiap menemani dia nonton, aku akan tertidur di rumah tetangga saat Dunia dalam Berita, lalu bangun ketika ia mengajak pulang. Tak tahu jam berapa itu, pastinya sudah larut malam. Karena acara berita di TVRI saja rasanya bagiku sudah malam sekali.
Baca juga:Â Kisah Para Penjilat Berbakat
Suatu kali, kakakku mengajak nonton film barat di rumah salah satu tetangga. Sebagaimana biasa, rutinitasku numpang tidur di rumah orang. Begitu bangun, filmnya sudah selesai dan kami pulang.
Kami harus melewati dua dapur rumah tetangga lainnya untuk mencapai dapur kami sendiri. Menjelang tiba di dapur yang satu, tak jauh dari pagar belakang rumahku, ada sesuatu yang menarik perhatian.
Ukurannya sebesar manusia dewasa, tapi rupanya seperti kodok. Berwarna hijau berkilatan tapi tidak terang. Matanya merah cerah. Ia duduk sambil memeluk lutut, di samping tempat sampah besar.