Ketika mereview Oreo Supreme, Kekeyi joget dulu. Aku merasa lucu saat melihatnya, konyol. Tapi malas melanjutkan ketika ia mengunyah camilan mahal itu. Aku "pergi" begitu saja, sementara warganet lain meninggalkan ribuan komentar pedas.
Dari yang sedikit kasar sampai yang supersadis ada di kolom komentar akun-akun Kekeyi. Nyaris tidak ada yang positif!
Kita bisa bilang, toh dia senang. Mungkin juga banjir adsense dan atau endors. Tapi percaya deh, kalau memang Kekeyi tidak merasa keberatan dengan hujatan yang saban hari ia dapat itu, semua karena hatinya sudah terlatih.
Melatih hati untuk abai pada setiap hinaan yang bertubi-tubi itu pasti berat. Jika gagal, bisa berakhir dengan ... tak perlu kusebut, contohnya sudah banyak. Kalaupun berhasil, lama kelamaan ia kebas. Mati rasa.
Bukan tidak mungkin ia kehilangan simpati bahkan empati untuk hal lain, padahal memiliki simpati dan empati itu penting. Bukti normalnya psikis manusia.
Barangkali ini emang zamannya, eksistensi jadi kebutuhan primer. Orang merasa menjadi populer itu wajib, bagaimana pun caranya. Tapi humanislah sedikit.
Aku tak tahu, siapa yang bisa disalahkan. Pemilik akun atau yang datang untuk menikmati lalu memaki-maki. Atau aku sendiri yang tak sanggup menahan tawa melihat makian orang-orang itu. Entah tawa terhibur atau tawa jahat.
Yang jelas, hanya butuh semalam bagi Kekeyi untuk  mendulang sejuta views. Malam aku tertawa, pagi aku melongo. Sudah ada 11 juta lebih views untuk video Keke Bukan Boneka, sementara trending kedua baru mendapat 4 koma sekian juta saja.
Kekeyi, kamu memang memesona!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H