Ekspresi kebahagiaan kita dapat dimaklumi orang lain pada batas-batas tertentu. Dalam beberapa kasus, ada yang sengaja menggoda temannya yang masih sendiri dengan candaan yang lebih terkesan olok-olok.
"Ayo dong buruan nikah, biar bisa mesra-mesraan kayak kita!"
Jangankan ybs, yang sekadar lewat dan mendengar pun ikut dongkol. Membahagiakan diri sendiri tak selayaknya merusak hati orang lain.
Bahkan jika perlu, ketika berada di antara mereka yang masih sendiri, terutama yang usianya telah matang untuk menikah tapi belum ditakdirkan mendapat pasangan, jagalah hati mereka. Pernah baca tentang doa orang terzalimi?
Kalau hati mereka terluka dan membuahkan doa buruk untukmu, apa gak ngeri?
Awas 'Ain!
Nah inilah yang sering terjadi tanpa disadari. Jika orang yang tersakiti lalu berdoa, itu wajar. Kita bisa menghindari karena paham dengan kemungkinan ini. Tapi 'ain sangat berbeda.
Kata 'ain dalam bahasa Arab berarti mata, ia tergolong penyakit, tapi bukan penyakit medis. Penyakit 'ain terjadi pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata. Bukan semata pandangan orang yang dengki, melainkan juga mereka yang takjub pada apa yang dilihatnya.
Karena kekaguman tersebut tidak dibarengi dengan zikir kepada Yang Seharusnya Dikagumi, maka pandangannya mudah dimanfaatkan oleh setan, maka muncullah 'ain.
Banyak yang tak paham dengan hal ini, bahkan sebagian tidak meyakini. Tapi Nabi meyakinkan bahwa 'ain itu nyata ada.
Kalau kamu mengira orang yang tidak menegur, bahkan memuji-muji kemesraan yang kamu pamerkan adalah orang baik, bisa jadi kerusakan yang muncul di kemudian hari sebenarnya adalah efek dari "kebaikannya" itu.
Tak mungkin kujabarkan di sini orang-orang yang foto mesranya seliweran lalu tak lama kemudian adu status kekecewaan. Tak perlu kubagikan tentang derita seseorang yang dulu tak habis-habis membagi koleksi foto pasangan dan bait-bait cintanya di medsos.