Sejak covid-19 mewabah, mereka menoleh, tapi seolah sadar akan kecewa. Awal-awal masih berdagang, lalu sekarang hilang. Semoga itu karena Ramadan saja. Habis lebaran, selesai pandemi, semoga rezeki kita deras lagi.
Masih ada tukang kue pagi hari yang meneriakkan menu di gerobaknya. Ibu-ibu membawa lauk masak di maticnya, pedagang es bubur sum-sum yang biasanya tiap pulang sekolah kami sambangi. Mereka semua sadar diri, orang mikir keras mau jajan!
Sempat muncul harapan ketika kasus positif di DKI perlahan melambat. Optimis habis lebaran kita bisa kumpul lagi. Apa daya, bandara tahu-tahu padat. Dan yang paling mengherankan, toko baju masih diserbu ibu-ibu yang kurasa turut berbinar saat mendapat bantuan sembako.
Sebelum menutup tulisan ini, beredar video di Twitter. Seorang tenaga medis yang tengah hamil empat bulan terinfeksi Corona. Kondisinya kritis. Ketika korban dibawa rekannya menuju ruang lain, rekan yang tinggal di belakang tak mampu menahan tangis.
Sekarang masalah kita bukan hanya krisis ekonomi, krisis pangan, atau kehidupan yang tak tentu di depan. Tapi krisis empati. Di tengah wabah sebesar ini, bisa-bisanya kehilangan nurani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H