Bahwa silat tak hanya soal adu kuat. Sebagaimana Mr Han melatih Dre Parker, begitu lebih kurang Kakek Johar melatih Adil dkk.
Mereka diajarkan pengendalian diri, dan sebagaimana umumnya wilayah Sumatra yang kental dengan religiositas, film ini juga memperlihatkan lekatnya budaya Islam di masyarakat Bukittinggi, secara umum Sumatra Barat.
Yang paling menyenangkan mataku adalah acting alami anak-anak di film ini. Ditambah dialek mereka yang sama sekali tidak tampak dipaksakan. Tidak seperti sinetron, bahkan beberapa film, yang kerap menggunakan dialog bahasa daerah dengan dialek yang dipaksakan.
Tak heran jika lewat film ini kemudian Muhammad Razi, pemeran Adil, masuk dalam nominasi peraih Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2017, kategori Pemeran Anak Terbaik.
Menikmati Surau dan Silek seperti bernostalgia ke masa kecil. Kesederhanaa, keluguan, serta masalah yang remeh di mata orang dewasa, tapi besar bagi anak-anak. Film ini sangat kurekomendasikan untuk nobar anak dan keponakan. Â
Sembari menonton film Surau dan Silek, aku juga membaca novel The Adventures of Huckleberry Finn karya Mark Twain. Beneran, aku nonton filmnya putus-putus, seperti baca novel.
Nonton di laptop, pakai headset. Baca novel di tablet pakai aplikasi ipusnas. Kalau pakai HP, banyak notifikasi. Untunglah Covid-19 datang di zaman ini. Tak perlu keluar rumah, bioskop dan perpustakaan yang "datang" ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H