Aku sering berdebat dengan suami soal belanja. Ia protes karena aku tak terbiasa menawar, padahal emak-emak lain jago sekali kalau menawar harga di pasar.
Sementara aku protes pada suami, karena jika dititipi sesuatu, pasti mampirnya ke minimarket yang ada di mana-mana itu. Padahal di sana jelas mahal, dan pasti tidak bisa ditawar. Kenapa kalau dengan pedagang kecil di pasar tradisional ngebet harus nawar tapi di swalayan enak saja ambil barang tak lihat harga?
Seiring bertambahnya usia pernikahan, kami akhirnya saling paham dan memutuskan: Jika ke pasar tradisional, suami yang pergi. Jika ke minimarket dan swalayan, aku yang belanja. Warung atau toko tetangga, bagian anak-anak.
Nah untuk menyiasati agar tak kalap saat belanja, aku punya trik yang jitu jika diterapkan. Dan kadang gak kuterapkan juga kalau sedang pengin foya-foya. Halah, gayamu!
Pertama, setiap ada barang yang tinggal sedikit, kucatat di HP. Jadi ketika pergi ke swalayan atau minimarket, barang yang belum habis bisa dibeli biar tak bolak-balik. Jika harganya lebay, tunda saja pembelian. Karena yang kucatat kan yang akan habis, bukan yang sudah habis.
Kedua, makan di rumah. Kondisi perut kenyang kuyakini memberi efek tak ingin makan (baca: beli) apa-apa lagi. Jadi bisa fokus ke daftar belanja. Ini juga merupakan informasi yang kudapat dari beberapa artikel psikologi. Mungkin fakta, mungkin sugesti.
Ketiga, jangan bawa anak. Tabiat anak pertamaku, jika ingin jajan, satu swalayan dia kelilingi. Entah apa yang mau dibeli. Bikin lama. Anak kedua, jika membeli sesuatu bukan hanya ingat kakak, sampai anak tetangga dia pikirin. Gak mikir duit emaknya. Jadi mending dioleh-olehi saja. Bisa kita pilihkan yang lebih sehat. Dan murah.
Keempat, bawa duit secukupnya. Ini yang paling efektif. Sebagai orang dengan pemasukan tak menentu, jika pegangan mulai tipis, tingkat kewaspadaan mulai dinaikkan.
Kubaca baik-baik daftar belanja, perkirakan harganya, ditambah biaya lain-lain kalau di jalan pecah ban dsb. Tiba di swalayan atau minimarket, setiap ambil barang dilihat harganya, dikira-kira. Repot sih, tapi namanya lagi miskin, ya tahu diri.
Kelima, mindset. Gak ada sejarahnya perempuan gak suka belanja. Antar ke mana saja, kalau ada duitnya, pasti ada saja yang dibeli. Sampai jemput anak pun, jajanan anak SD ya disikat juga.
Jadi kalau duit sedang melimpah, dan 4 hal di atas gak mempan, coba tanya diri sendiri. Yang mau dibeli itu, memang kebutuhan atau sekadar keinginan?
Kejutan dari Corona ini adalah sebuah pelajaran. Yang tadinya tetap berpenghasilan, bahkan yang berpenghasilan tetap, sama-sama terguncang. Apalagi yang terbiasa menghambur-hambur uang, dijamin paling kaget dengan pandemi saat ini.
Besok-besok, kalaupun wabah sudah usai, tetap mawas diri saat belanja. Kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi setelah hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H