Lama waktu berlalu. Sampai kemudian aku ada janji dengan seorang teman untuk tugas typography. Lokasinya di Blok M, aku lupa di mall atau plaza apa dia bertugas. Temanku kuliah sambil kerja.
Karena ia sedang di dalam, aku menyempatkan diri makan. Hari itu aku juga mengutuk-ngutuk diri, kenapa lapar ketika posisi sedang di Blok M. Padahal kalau masih di Tanah Abang, tempatku tinggal, banyak nasi uduk murah yang enak.
Aku tak suka hal-hal mistis, tapi hari itu aku dipaksa percaya yang namanya penglaris itu ada. Untuk ketiga kalinya, aku masuk ke kios siomay itu lagi! Padahal aku yakin sudah cari rute yang berbeda. Hari itu aku yakin sudah ingat-ingat ketika mulai lapar. Jangan sampai masuk ke sana. Aku bahkan bukan penggemar siomay atau batagor.
Sejak hari itu aku bersumpah, tak akan makan di Blok M! Tapi sekarang, aku rindu ingin ke sana lagi. Ke mall di bawah yang terhubung ke kanal bus, dengan sederet telepon umum di bawah petunjuk rutenya (masih adakah?).
Aku bahkan ingin melihat wajah tukang siomay itu lagi. Gerobak cokelat dengan tenda biru. Ada banyak kelapa di dekat gerobaknya, dan sederet botol kaca di mejanya. Mungkin turun dari bus, "makhluk penglarisnya" akan menuntunku ke sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H