Nasi siap santap, donasi dari ARK Qahal membuat warga Warakas, Tanjung Priok, berang. Apa pasal? Bantuan dalam rangka melawan Covid19 itu distempeli logo anjing dan diberi nama Nasi Anjing.
Bagi sebagian orang mungkin tak masalah, toh isinya (menurut salah satu perwakilan dari komunitas ARK Qahal) hanya sosis sapi, cumi, dan teri. Bukan daging anjing.
Pihak ARK Qahal juga menyebutkan, alasan pemberian logo anjing adalah karena anjing merupakan hewan setia dan tahan banting. Selain itu, porsinya yang lebih besar dari nasi kucing juga menjadi alasan pemilihan logo.
Sesederhana itu?
Aku punya analisis sendiri. Pertama, jika warga menolak, pemberi nasi dan mereka yang menerima dengan senang hati akan bilang, "Memangnya kalau nasi kucing lantas isinya daging kucing?"
Tinggal tolak saja kok repot, pakai lapor-lapor segala! Masih banyak orang yang membutuhkan nasi anjing seperti ini.
Kedua, jika seluruh atau kebanyakan warga menerima. Jujur aku berprasangka buruk orang akan memviralkan dengan bilang, "Tuh lihat mereka! Kalau sudah lapar, makan anjing mau juga kan!"
Sebab nasi anjing dibagikan pada warga di sekitar Masjid Babah Alun. Sekitar masjid! Artinya mayoritas mereka adalah muslim. Kita tinggal di negara mayoritas muslim. Yang bukan muslim pun tahu bahwa dalam Islam, memakan anjing, bahkan "sekadar" memeliharanya (tanpa uzur) adalah haram.
Jangan ajari mayoritas soal toleransi, kalau tak toleran mana mungkin Indonesia bisa seaman sekarang. Sejak dulu kita sudah hidup dalam keragaman kan.
Sudah sejak dulu anjing dan babi punya stigma negatif di kalangan masyarakat. Bukan soal dimakan atau  dipelihara. Mungkin benar anjing hewan setia. Tapi apa pernah ada berita kucing memakan tuannya karena kelaparan? Anjing, ada. Cek sendiri di Google.