Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dianggap Rumput yang Mengganggu, Ternyata Tanaman Ini Sakti Luar Biasa!

17 April 2020   10:59 Diperbarui: 17 April 2020   10:59 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena sering menahan pipis saat di perjalanan, suamiku menderita kencing batu. Jika sedang di rumah, ia bisa sampai satu jam di kamar mandi. Jongkok selama itu demi menuntaskan semua yang ada di kemihnya.

Ada kalanya, suami berteriak kesakitan. Ia mengeluhkan nyeri di perut, panggul, sampai kelamin. Bahkan pernah suatu malam aku kehilangan dia. Ketika ditelepon, ternyata sudah sampai di rumah sakit.

Pernah hanya sampai IGD, pernah pula dirawat beberapa hari. Pulang dioleh-olehi banyak obat dan wejangan agar lebih banyak minum air putih.

Suamiku patuh. Ia lebih banyak minum air putih, tak pernah lagi minum minuman dingin yang aneh-aneh dari showcase di pinggir-pinggir jalan.

Meski begitu, kencing batunya tak serta merta hilang. Sesekali kambuh dan setiap kali itu terjadi, suami langsung menuju IGD rumah sakit. Lalu pulang dengan sekian banyak obat lagi.

Siapa pun pasti khawatir melihat pasangannya harus menenggak obat kimia sebanyak dan sesering itu. Tapi aku bisa apa?

Sampai kemudian Covid-19 mewabah. Diimbau untuk tidak ke rumah sakit jika bukan pada kasus yang sangat darurat. Masuk akal, sebab di saat yang bersamaan bisa saja ada pasien yang sudah terinfeksi virus Corona sedang berobat, dan yang bersangkutan serta orang-orang di sekitarnya tidak menyadari.

Tapi bagaimana dengan suamiku yang hampir per dua pekan selalu ke IGD?

Pernah sekali, ketika sudah bersiap akan ke IGD, ia makan sebuah apel fuji. Setelah satu buah habis, katanya nyerinya hilang. Dan batallah beliau ke IGD.

Maka sejak itu, kusediakan apel itu beberapa buah untuk berjaga-jaga. Selain suami, kami hanya makan pisang, pepaya, atau buah lain yang tersedia. Apel hanya untuk Abi, begitu peraturannya.

Dasar apel sadar dibutuhkan, sudah harganya makin naik, belakangan malah jadi langka. Salah satu temanku yang suaminya berjualan buah mengatakan, apel itu diimpor dari Cina. Dan sekarang kondisinya susah dicari.

Makin deg-deganlah aku dibuatnya. Bagaimana jika kencing batu suamiku kambuh lagi?

Dan benar saja, untuk kesekian kalinya, hal itu terjadi lagi! Suamiku kesakitan saat tengah bekerja di  depan laptop. Aku khawatir kalau ia mulai berkemas.

Tapi kali ini tidak. Sepertinya ia menghubungi kenalannya untuk mendapat masukan. Biasanya suami akan menelepon dokter langganannya, yang seperti biasa, disarankan ke IGD. Hari itu ada suara lain yang menyambut dari sambungan telepon.

Mereka ngobrol sebentar, lalu suami pergi keluar seperti mencari sesuatu. Tak lama, ia masuk kembali membawa rumput (begitu yang kulihat) yang kemudian dicuci dan direbus.

Besok paginya, aku turut membantunya mencari "rumput" itu. Ternyata namanya meniran. Bisa ditemukan di selokan, pinggir-pinggir jalan, bahkan di rerumputan tepat di sebelah rumahku (kami baru menyadarinya).

Yang ditelepon kemarin adalah temannya yang mengalami hal yang sama, kencing batu. Dari sang teman, suamiku disarankan merebus sekira segenggam meniran dengan dua gelas air. Direbus hingga tersisa satu gelas saja.

Setelah direbus, diamkan hingga suhunya sudah aman diminum. Dalam sehari, suamiku meminum dua gelas air rebusan meniran. Alhamdulillah setelah tiga hari, prosesi buang air kecil dan besarnya lancar.

Biasanya tanpa sakit pun, suami harus berulang-ulang ke kamar kecil, karena hampir selalu ada sisa yang tak tuntas setelah BAK. Jika terlalu sering, berujung dengan warna urin yang lebih gelap dan akhirnya sakit di bagian perut dak sekitarnya.

Mudah-mudahan kondisi ini bertahan terus. Karena menurut pengakuan suami, rasanya lega, plong sekali setelah buang air. Tak ada sama sekali rasa ingin buang air lagi atau rasa apa pun yang sebelumnya ia alami sebelum minum air meniran.

Tapi rasa rebusan meniran itu sendiri, katanya pahit tak terperi. Ya namanya juga obat. Kalau enak, orang tak mau berusaha sehat.

Lalu kucari informasi tentang meniran. Ternyata dari namanya saja sudah "bau-bau pipis"; Phyllanthus urinaria L. Dari laman sehatq.com kudapatkan informasi, ternyata meniran yang dianggap gulma punya segudang manfaat, di antaranya menangkal radikal bebas, meredakan peradangan, mengendalikan gula darah, mencegah batu ginjal, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Luar biasa ya! Dianggap remeh, dibuang sekenanya. Ternyata punya manfaat tak terduga. Tak hanya murah, bahkan bisa didapatkan gratis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun