"Pengumuman ... " dari pengeras suara masjid.
"Sst!" suamiku dan Mamak mengingatkan anak-anak agar diam.
"Assalamu'alaykum ... diberitahukan kepada masyarakat perumahan &$*$*(#$)@ bahwa nanti malam kita akan melaksanakan Nifsu Sya'ban ... "
Mamak terlongo. Aku dan suami sudah merasa tak aneh lagi. Setiap pekan, di dua masjid terdekat memang masih menyelenggarakan salat Jumat. Khutbah seperti biasa, layaknya tak terjadi apa-apa. Ramai tidaknya, entahlah.
"Ayo ramaikan masjid! Kita lawan ketakutan yang tidak perlu!" seruan itu diulang-ulang.
Inikah efek imbauan jangan panik? Kurasa tidak. Setiap dikatakan jangan panik, tentu awal atau ujungnya disandingkan dengan kalimat "tetap waspada". Ini sih benar-benar santuy!
Pekan lalu aku masih diundang sedekah rumah oleh tetangga. Aku tak datang, terserahlah mau dibilang sombong atau apa. Kusampaikan bahwa di rumahku ada lansia dan anak-anak. Aku dan suami pun bukan manusia kebal.
Tak habis pikir memang dengan tingkah manusia. Di hari yang sama, pagi tadi. Kubuka browser, dan Chrome menyambutku dengan berita lokal terbaru. Pasien Covid-19 yang belum sembuh nekat pulang ke rumah!
Alasan rumah sakit memberi izin, pasien pulang atas permintaan keluarga, dan pihak keluarga berjanji akan isolasi mandiri di rumah. Padahal dalam dua kali uji swab, pasien masih dinyatakan positif. Hasil uji swab ketiga masih belum keluar.
Bersyukur oleh Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi, pasien tersebut segera dijemput kembali. Tapi ya menjelang sampai ke rumah sakit lagi, sudah interaksi dengan berapa orang dia?
Sepertinya sifat overconfident adalah milik kebanyakan manusia Indonesia. Masih ingat kan, joke para pembesar negeri ini saat Corona masih di Tiongkok sana?
Saat negara lain buru-buru menutup perbatasan dan menolak WNA, kita justru membuka pintu lebar-lebar dengan alasan meningkatkan sektor pariwisata. Bahkan setelah ratusan orang sudah positif Covid-19, masih ada WNA asal Cina yang masuk dengan data dan berita yang simpang siur.
Sengaja artikel ini kutunda penerbitannya. Menanti suara apa yang terdengar di masjid setelah waktu Isya'. Apakah lantunan Yasin tiga kali akan terdengar seperti tahun-tahun sebelumnya?
Lebaran pun, jika wabah ini belum mereda, kami masih akan menolak tamu. Ini sesuai kok dengan tuntunan Islam. Patuh pada pemimpin juga bagian dari syariat.
Kesalehan pribadi tak akan sebanding dengan menjaga kehidupan manusia, yang untuk satu orang saja dihitung seluruh manusia di dunia (QS 5:32).
Masih kutunggu, hingga jauh dari azan Isya' tak terdengar suara dari masjid mana pun. Mungkin sudah ada petugas yang datang. Berarti tak sia-sia aku melapor ke Humas Kota tadi pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H