Diberitakan bahwa menurut prediksi salah seorang ahli dari Australia, Indonesia akan mengalami badai Corona. Hal itu menurut sumber berita, disebabkan lambannya respons pemerintah terhadap wabah yang sudah jadi pandemic ini.
Sikap pemerintah yang mengentengkan Corona sejak awal juga sudah disayangkan banyak pihak. Ketika Wuhan bergolak di Desember 2019, pada Februari kita masih petentang-petenteng. Ini tweet presiden pada 17 Februari 2020:
Kusalin apa adanya, tidak ada tambahan kecuali tanda kutip di awal dan akhir. Suamiku yang kegirangan saat dapat tiket pesawat murah dari Surabaya ke Jambi, akhirnya termenung juga.
Kompasiana pun sempat mengangkat isu wisata di tengah Corona pada topik pilihan editor.
Sereceh itu Covid19 di mata pemerintah kita. Wajar kalau masyarakatnya pun abai. Setelah Corona merebak bahkan masih bisa kumpul-kumpul cengengesan. Orang di luar sana yang justru ketar-ketir melihat keadaan Indonesia.
Tapi sudahlah, nasi sudah gosong. Dijadikan bubur pun sudah tak mungkin. Yang penting bagaimana tindakan kita sekarang.
Kekhawatiran pihak luar sebelum Corona dilaporkan muncul di Indonesia, terbukti sudah. Tapi menurut hematku, prediksi badai Corona sebaiknya tidak dimasukkan ke hati. Apa yang kita terlalu khawatirkan, justru benar-benar bisa terjadi.
Aku tidak punya kemampuan menjelaskan secara ilmiah. Tapi yang termudah adalah, jika kita khawatir, maka stres akan muncul. Stres membuat imun kita melemah, maka tubuh yang tadinya mampu melawan virus justru kurang tenaga untuk menghasilkan antibodi.
Syukurnya pemerintah kota dan provinsi di tempatku terbilang sigap. Bioskop dan pusat hiburan diinstruksikan agar tutup, terlepas dari dipatuhi atau tidak. Pasar tetap buka, meski dipenuhi hoaks akan tutup selama lima hari.
Menurut info dari Humas Kota, akan dilakukan disinfeksi pada 90 hari ke depan di seluruh wilayah Kota Jambi. Ini cukup menenangkan hati, semoga benar dilaksanakan dan efektif.