Suatu hari datang seorang ibu, mengaku diarahkan seseorang ke rumah ini. Ia sedang bingung, karena putri bungsunya demam setelah kucing kesayangan mereka hilang.
Karena aku pun capek mengurusi Mochi, apalagi ada pembanding yang sudah pintar, Mozza, membuatku berpikir memberikan Mochi pada ibu tersebut. Ditambah rasa empati sebagai sesama emak-emak, anak sakit adalah masa paling sulit. Pasti sedih dan lelah satu padu.
Karena suami yang membawa Mochi ke rumah kami, jadi kuminta izin beliau untuk melepaskan kucing itu pada si ibu. Sebenarnya suamiku keberatan, tidak pernah bermaksud menjual Mochi sejak memutuskan mengadopsinya. Tapi karena yang mengurus di rumah adalah aku, beliau akhirnya minta diganti biaya selama Mochi kami asuh saja. Kalau dihitung-hitung, dari makan, pasir, vitamin, vaksin dll, sampai hari itu minimal habis 750 ribu rupiah. Selanjutnya akulah yang bernegosiasi dengan si ibu yang menginginkan Mochi.
Tadinya aku pengin bilang ke suami untuk memberi saja, tak usah bayar. Tapi kejadian berikutnya justru membuatku sebal pada si ibu.
Besoknya si ibu datang bersama anak yang kemarin katanya sakit. Ia sempat bertanya, berapa harga jika Mochi sekaligus Mozza dia bawa? Kujawab, berapa pun angkanya, Mozza tidak dijual.
Untuk Mochi saja, angka 500 ribu kusebutkan. Bukan 750, karena niat buruk melepaskan beban juga.
Tahu-tahu si ibu yang sebelumnya sesumbar mau membawa Mozza malah bilang, ia cuma punya 150 ribu. Itu pun dari neneknya si anak. Suaminya sedang gak kerja, dia juga sudah beberapa hari gak jualan.
Aduh, kasihan sih kasihan. Tapi aku gak mau juga kalau Mochi cuma jadi mainan di sana. Angka 750 ribu itu bukan mengada-ada. Memang kuakui biaya kucing lebih mahal dari skincare-ku. Asli! Tapi itu karena kami menganggap mereka seperti keluarga. Bukan mainan yang cuma dipeluk-peluk lalu hidup dan besar dengan sendirinya.
Jadi kusarankan si ibu untuk memelihara kucing kampung saja. Mudah, murah, tidak perlu perawatan khusus. Apa jawabnya?
"Anak aku dak mau. Kemarin ado kucing kampung ke rumah, dilemparnyo."
Rasanya pengin koprol arah belakang. Gila aja ngasih kucing ke orang begini. Syukur besoknya aku berangkat ke Pekanbaru dalam rangka bimtek literasi. Berikutnya suamiku yang berurusan dengan si ibu. Sampai aku pulang, Mochi masih di rumah. Entah apa yang terjadi.