Tak sampai di situ, mengutip kompas.com (22/2/20), berbagai vitamin, zat besi, kalsium, dan serat juga terkandung dalam jengkol. Tak heran, jengkol diyakini mampu memberi manfaat di antaranya mencegah serangan jantung, menjaga gula darah, meningkatkan stamina, dan baik untuk janin.
Berbagai sisi positif jengkol di atas pasti membuat para penikmat jengkol bersorak. Tapi jangan girang dulu! Selain efek aromanya yang bikin rusak mood orang lain, jengkol masih punya beberapa efek buruk terutama yang berkaitan dengan asam jengkolat.
Makan jengkol berlebihan dapat mengakibatkan keracunan, yang oleh sebagian orang, disebut jengkolan. Gejalanya sakit pinggang, perut terasa melilit, hingga susah buang air besar.
Kondisi ini jika terus terjadi dapat menyebabkan kencing batu, bahkan penyakit batu ginjal. Apa pun sih ya, kalau berlebihan memang tidak baik.
Tapi meski hanya makan sebelah keping jengkol, sebaiknya tidak buang air kecil ataupun besar di toilet umum. Biar gak zalim dan bikin fitnah. Seperti pengalamanku beberapa tahun silam.
Masuk waktu zuhur, aku menuju Rumah Balita tempatku menitipkan anak. Numpang salat di sana.
Tidak ada tempat wudu khusus, hanya 4 kamar mandi yang biasa digunakan sesuai kebutuhan. Nahasnya, hari itu keempatnya penuh. Ketika seorang wali murid keluar dari salah satu kamar mandi, aku segera masuk menggantikannya.
Tiba di dalam, hatiku ngedumel. Jelas-jelas kamar mandi yang ini tak ada klosetnya. Hanya digunakan oleh pengasuh anak untuk mencuci, memandikan anak, dan wudu. Tapi aroma limbah jengkol memenuhi ruang, berarti ibu yang barusan keluar buang air kecil di sini.
Tahan-tahan hidung, kusiram seluruh ruang. Lalu wudu dengan masih mengatur napas jangan sampai tercium aroma yang memang sulit sekali dihilangkan itu.
Usai wudu, ya salat. Seorang pengasuh sepertinya masuk ke kamar mandi itu kemudian. "Wai, Bu Tari abis makan jengkol!" teriaknya dari kamar mandi. Dan aku sudah menyelesaikan rakaat pertama.