Dinukil dari doktersehat.com (1/7/19) ikan patin mengandung asam lemak omega-3 yang biasanya terdapat pada ikan laut, seperti salmon dan tuna. DHA pada ikan patin mencapai 4,74%, sedangkan EPA-nya 0,31%.
Masih dari sumber yang sama, total lemak dalam tubuh ikan patin sekira 2,55---3,42%. Asam lemak tak jenuh yang salah satu kandungannya adalah asam oleat, ada pada angka 50%, bahkan lebih.
Dalam 100 gram daging ikan patin, terkandung 21---30 mg saja kolesterol. Jauh di bawah kadar proteinnya, yakni 14,91 gram (fatsecret.co.id).
Dari berbagai zat yang dikandungnya, wajar jika ikan patin digadang-gadang punya kemampuan mencegah kardiovaskular, mengurangi kolesterol, menyembuhkan hipotensi (tekanan darah rendah), dll.
Pemanfaatan Ikan Patin
Ikan patin terbilang mudah dibudidaya, tak heran jumlahnya sampai melimpah. Selain mudah dan murah, hampir seluruh bagian tubuh ikan patin dapat dimanfaatkan.
Seperti yang sudah kuceritakan di awal. Patin biasa dimasak dengan tempoyak, jadi semacam ikan gulai dengan rasa asam dan pedas. Pindang kepala patin adalah favorit banyak orang, salah satunya suamiku. Info gak penting sih.
Dagingnya bisa dibuat abon, kulit jadi kerupuk. Bahkan tulang patin bisa dimanfaatkan sebagai kaldu!
Bulan Mei tahun lalu, Indonesia pertama kali mengekspor patin ke Arab Saudi. Dengan Jambi sebagai salah satu sentra produksi utamanya.
Hebat banget kan? Jadi daripada gegayaan makan ikan salmon yang kabarnya kalah jauh kandungan gizinya dari ikan kembung. Mending kenyang dan sehat dengan ikan patin saja.
Kalau merasa kurang keren karena ikan patin harganya relatif murah, kamu bisa ganti namanya dengan freshwater fish like sharks. Siapa tahu jadi naik kelas seperti iced tea!