Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup Bermasyarakat Itu Berat, Mak!

19 Februari 2020   13:38 Diperbarui: 22 Februari 2020   05:43 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bukan pencinta hujan. Tapi kalau hujan turun, ada hal yang sangat aku syukuri, yaitu bersihnya teras dan titian depan rumah dari kotoran ayam. Ayam-ayam yang membuat frustasi. Sebab jumlahnya banyak, pup di sembarang tempat, dan pantang melihat sampah yang belum dibuang atau dibakar.

Benar-benar simalakama. Aku termasuk orang yang segan membakar sampah. Selain melanggar aturan, asapnya bikin gak nyaman bernapas.

Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2013 tentang pengelolaan sampah, warga dilarang membuang sampah ke TPS di luar jadwal (pukul 18:00---06:00 WIB). Tapi enggak dibuang, dihambur-hamburkan ayam. Hhft!

Selain larangan membakar sampah, Ketua RT juga pernah menyampaikan tentang peraturan wali kota yang mengimbau warga agar tidak memelihara ayam. Sebab ini kota, padat penduduk. Jika sudah telanjur punya, ayam wajib dikandang.

Pup ayam berbagai ukuran menyambut kami sepanjang hari. Tinggal siram? Jadwal PDAM di wilayah ini, lebih banyak mati daripada menyala. Awal-awal pindah aku dan anak-anak bahkan sering menumpang mandi di rumah saudara.

Belum lagi pada musim tertentu, ayam-ayam yang entah milik siapa ini, berteriak dan mengais-ngais di berbagai penjuru. Berisiknya minta ampun. Terbayang yang punya bayi, alangkah repot menidurkan anak.

Tepat di sebelah rumahku, seorang nenek dan anaknya kerap melempari ayam-ayam ini. Dengan suara lantang kadang mereka berteriak, "Oi, ayam orang niii! Dikasih makan apo idak? Ngotori rumah orang ni ha!"

Aku yakin si empunya pasti mendengar. Tapi entah kenapa, sanggup diam saja.

Saat menulis artikel ini, di samping kamarku terdengar suara kaki ayam mengais entah benda apa, yang benar-benar bikin gak nyaman telinga. Mungkin aku mengidap misophonia.

Tapi aku tahu apa yang akan terjadi jika aku keluar untuk mengusir ayam-ayam itu. Mereka akan datang lagi dan lagi. Malah aku yang capek sendiri. Yang lebih buruk dari ini pernah terjadi.

Suatu hari aku mengeluarkan litter box kucingku, karena suami belum membersihkannya. Rasanya belum lama kotak pasir itu berada di luar, tahu-tahu aroma pup kucing menguar hingga ke dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun