Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuhan Tahu, Cowok Skincare Bukan Jodoh yang Tepat Untukku

2 Februari 2020   21:30 Diperbarui: 2 Februari 2020   21:49 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau suamiku pulang dari Bandung, kelakuannya yang paling khas adalah rajin cuci piring dan rajin bersolek. Rajin cuci piring karena ada abang angkat kami di sana, yang konon kabarnya sangat suka mengerjakan pekerjaan rumah saat sedang tidak keluar kota.

Rajin bersolek, aku enggak tahu pasti habis ketemu teman yang mana. Karena beberapa temannya di sana kuketahui memang suka membawa aneka skincare di tas. Barangkali sering ketemu kamera. Salah satunya sih memang sering swafoto.

Bahkan di WAG yang ada dia, stiker dengan gambar pribadi kirimannya bisa dibilang seabrek-abrek. Alhasil, aku kalau masuk grup yang itu, scroll atas bawah sedikit. Jika tak ada yang menarik, yang kulakukan berikutnya adalah clear messages.

Pokoknya kalau suamiku pulang dari Bandung, atau teman-teman dari Bandung datang ke Jambi, suamiku bakal jadi pesolek agak satu dua pekan. Setelah itu, kehidupan berjalan normal kembali.

Aku sempat khawatir jika suamiku jadi seorang metroseksual. Aku enggak tahu apakah itu kemudian mengarah ke orientasi seksual, belum baca-baca, karena kurang tertarik. Tapi yang kukhawatirkan lebih kepada kesulitan untuk mengimbangi.

Keponakanku saja heran, bedak dari tengah 2019 sampai hari ini masih ada. Aku jarang beli baju baru, kecuali ada yang datang menawarkan atau suami ngajak belanja. Kalau aku punya tas baru, tas lama sering lupa ditaruh di mana. Aku gak terbiasa gonta-ganti barang, gak telaten mekap-mekapan, dan lumayan enggak tahu malu setiap hari jemput anak dengan kostum yang sama.

Tapi enggak satu dua orang yang bilang kalau wajahku mulus. Hahay, mungkin matanya sedang siwer. Tapi aku memang jarang jerawatan sih, sebab kalaupun sedang haid, suami mengajari tetap wudu saat akan keluar rumah dan hendak tidur. Mungkin itu sebabnya, kurang tahu juga.

Bayangkan kalau suamiku seorang yang modis dan akrab dengan skincare, aku mungkin dikira pembantunya. Kalau terkesan lebay, coba bayangkan kamu harus melakukan sesuatu yang baru, yang tidak terpikirkan sebelumnya. Begitulah aku.

Kalau melihat-lihat dari sekitar, di mana orang yang sangat peduli dengan penampilan biasanya begitu peduli pada ucapan orang. Betul? Aku pasti merasa tertekan kalau tertimpa wabah skincare ini.

Dulu waktu SMA, ada satu temanku yang sering facial. Sekali waktu entah karena apa, ia melewatkan jadwal facial dan tak kunjung melakukan perawatan. Jadilah wajahnya ramai oleh jerawat.

Apa kata temanku yang lain? Dia sedang bokek! Bisik-bisik yang semula remeh itu berkembang jadi cerita yang enggak enak banget di telinga. Dia yang sudah tertekan oleh jerawat masih harus tertekan oleh ucapan teman-teman, bahkan dari lain kelas tentang rumahnya yang enggak pantes untuk seorang remaja yang biasa ke salon.

Itu jam tangannya yang merek bagus, kawe punya! Dia bukan orang kaya, cuma pura-pura kaya supaya punya kawan yang pantas.

Ampun dah! Aku merasa salah masuk sekolah. Untunglah masih ada teman lain yang biasa menggembel sepertiku. Ya kan akhirnya nikah juga, punya anak, hidup tenang enggak mikirin jerawat.

Pelajaran yang kuambil dari kejadian itu. Jangan facial kalau enggak punya duit kesinambungan (gak tahu juga sih ini beneran atau ramalan), dan gak usah facial kalau enggak telaten. Daripada jerawatmu lebih parah dari sebelumnya!

Pelajaran lainnya, jangan percaya kalau ada teman yang bilang, "Aku cuma bilang ke kau, jangan kasih tau siapo-siapo yo!"

Karena setelah gosip itu kudengar dari satu mulut, tanpa pernah kusebarkan, tahu-tahu seantero kelas 3 sudah membahas itu. Sampai-sampai temanku yang jerawatan enggak masuk sekolah berhari-hari, sampai dia punya duit untuk facial dan masuk lagi setelah glowing.

Hal kedua yang kukhawatirkan kalau suamiku mendadak skincare-an adalah, karena dia gak telaten (makanya kami jodoh), biasanya aku bagian kena lungsuran barang-barangnya yang enggak habis.

Aku biasa pakai bajunya yang gak muat lagi. Dia ganti HP, aku pakai bekasnya. Bahkan ketika suami memutuskan ganti facial wash padahal yang lama belum habis, kupakai itu sisanya. Enggak ke muka, tapi ke ketiak. Hwahaha. Daripada mubazir kan!

Tapi kalau kemudian aku dilungsuri alas bedak, pelembab, dan aneka skincare yang aku gak ngerti. Kayaknya beban juga. Untunglah belakangan suami jarang ke Bandung, selamat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun