Pagi-pagi Mbahnya anak-anak nonton infotainment, tentang usaha kuliner artis yang katanya pakai pesugihan. Aku sebenarnya tertarik menyimak, tapi khawatir jadi contoh. Yee, suka gosip! Anak-anak sudah sekolah semua sih! Tapi kan lansia itu kabarnya kelakuannya balik ke anak-anak lagi.
Dan teringatlah dulu, mungkin sekira 6 tahun lalu. Aku dan si Kakak mampir ke warung bakso di sebuah tempat. Itu mungkin kali kedua atau ketiga ke sana. Sebagai penggemar bakso, termasuk kategori sangat jarang. Karena warung itu sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum aku nikah.
Kami duduk membelakangi jalan, menghadap ke dalam. Berjarak kurang dari 10 langkah, bagian dapur warung terlihat dari meja makan kami. Otomatis, apa yang lewat dan terjadi di dapur itu akan terlihat olehku.
Sedang asyik makan, tiba-tiba si Kakak yang waktu itu masih anak tunggal bertanya, "Nenek itu ngapain, Mi?"
Aku cari-cari nenek yang dia maksud. "Nenek yang mana?"
"Yang di situ tadi. Kok nyicip-nyicip dari centong."
"Di situ mana?"
"Itu, dekat gerobak. Ummi dak lihat?"
"Neneknya kayak apa?"
"Rambutnya panjang, putih. Jalannya bongkok."
Mau kulepeh baksonya sayang. Diteruskan makan juga entah gimana rasanya. Tapi kalau kuingat-ingat, kayaknya tetap kuhabiskan. Ah dasar!
Dari duduk, pesan makanan, sampai bayar dan keluar. Aku gak lihat ada nenek-nenek di situ. Apalagi dengan tampilan creepy seperti deskripsi anakku.
Apakah warung itu pakai pesugihan? Mana kutahu. Kalau pakai micin, dijamin!
Tapi poinnya bukan di situ. Sampai detik ini, belum ada orang yang kuberi tahu warung itu ada di mana posisi tepatnya. Karena bisa jadi, anakku salah lihat. Atau aku sedang rabun gila, sehingga tidak melihat ketika ada nenek-nenek yang lewat dan mencicipi kuah bakso pakai centong.
Kalau ada yang mau serius menginvestigasi sekaligus menasihati, bolehlah tanya warungnya yang mana. Baru kukabari.
Dan pada sisi lainnya, alih-alih merasa anakku seorang indigo. Aku justru sedih. Kalau nenek yang dilihatnya adalah jin, berarti perlindunganku kepadanya kurang. Karena anak-anak bisa melihat makhluk astral itu bukan karena kesaktiannya. Melainkan karena orang tuanya kurang zikir.
Fitrahnya, manusia tidak bisa melihat jin. Sedangkan mereka bisa melihat kita, ada di Alquran surah ke-7 ayat 27. Surah ketujuh surah apa? Buka Qur'annyaaaa!
Kalau ada manusia selain nabi/rasul bisa melihat jin, kemungkinannya ada 4: dia bohong, berhalusinasi, disihir jin, atau dalam tubuhnya ada jin. Gak bagus semua.
Makanya daripada membuat pengakuan bahwa anakku mengalami satu dari empat hal itu, lebih baik diam kan. Sekarang kenapa ditulis? Karena waktunya sudah lama berlalu. Alhamdulillah si Kakak tidak pernah mengalami hal itu lagi. Semoga tidak akan pernah.
Tidak ada tips khusus. Kami bukan keluarga religius. Salat dan ngaji biasa, makan baca doa, pakai tangan kanan. Kadang rajin kadang malas. Kadang orang tua marahin anak, kadang anak ngambek sama orang tua. Itu kan bukti kalau kita manusia normal.
Lantas bagaimana dengan warung bakso itu? Kulihat sampai sekarang masih ada. Tidak ramai dan tidak sepi, biasa saja sama seperti dulu. Warung ini tidak terkenal meskipun lokasinya cukup strategis. Soal rasa? Sepertinya enak, kecuali setelah dicicip oleh nenek tadi!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI