Pagi-pagi Mbahnya anak-anak nonton infotainment, tentang usaha kuliner artis yang katanya pakai pesugihan. Aku sebenarnya tertarik menyimak, tapi khawatir jadi contoh. Yee, suka gosip! Anak-anak sudah sekolah semua sih! Tapi kan lansia itu kabarnya kelakuannya balik ke anak-anak lagi.
Dan teringatlah dulu, mungkin sekira 6 tahun lalu. Aku dan si Kakak mampir ke warung bakso di sebuah tempat. Itu mungkin kali kedua atau ketiga ke sana. Sebagai penggemar bakso, termasuk kategori sangat jarang. Karena warung itu sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum aku nikah.
Kami duduk membelakangi jalan, menghadap ke dalam. Berjarak kurang dari 10 langkah, bagian dapur warung terlihat dari meja makan kami. Otomatis, apa yang lewat dan terjadi di dapur itu akan terlihat olehku.
Sedang asyik makan, tiba-tiba si Kakak yang waktu itu masih anak tunggal bertanya, "Nenek itu ngapain, Mi?"
Aku cari-cari nenek yang dia maksud. "Nenek yang mana?"
"Yang di situ tadi. Kok nyicip-nyicip dari centong."
"Di situ mana?"
"Itu, dekat gerobak. Ummi dak lihat?"
"Neneknya kayak apa?"
"Rambutnya panjang, putih. Jalannya bongkok."
Mau kulepeh baksonya sayang. Diteruskan makan juga entah gimana rasanya. Tapi kalau kuingat-ingat, kayaknya tetap kuhabiskan. Ah dasar!