Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kamu Mau Dipoligami?

6 Januari 2019   15:30 Diperbarui: 6 Januari 2019   15:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau dibalik ke masalah poligami. Seharusnya orang-orang dilarang jalan di sana. Atau jalannya ditutup sekalian. Konyol kan?

Jadi kalau sebuah rumah tangga mengalami masalah, yang harus diberi solusi dengan poligami, bukan mereka disuruh cerai. Atau dari awal gak usah nikah. Tapi pahamkan, apakah poligami tadi menjadi solusi atau masalah baru.

Atau kalau memang gak ada masalah, tapi suaminya ganjen pengen nikah lagi, silakan cek saja istrinya. Kalau istrinya keberatan, berarti didikan suami ke istri belum tuntas. Gimana mau tambah amanah kalau amanah yang ada belum selesai? Dan itu bukan urusan partai berudu. Biar aja mereka selesaikan urusan rumah tangganya sendiri. Toh, beli beras juga pakai duit mereka sendiri.

Ini bukan analisis ya, hanya pendapat pribadi yang gak ilmiah.

Dulu ada seorang kawan cerita. Temannya punya suami yang rada high libidonya. Sampe masuk rumah sakit aja masih 'minta'. Hadeu.

Akhirnya si istri yang minta suaminya poligami. Karena ia merasa gak mampu memenuhi kebutuhan suaminya. Apakah suaminya memenuhi? Gak tahu juga sih. Kalau kata suamiku, emang gampang biayai dua rumah!

Ya kalaupun sudah kaya, para suami mesti sadar bahwa tanggung jawab dia bukan sekadar soal dapur dan ranjang. Semua, sampai ke pendidikan (bukan sekolah) anak. Bukan cuma di dunia, tapi sampai akhirat. Doa istri makbul loh!

Jadi ingat kata suami, ucapan "Saya tidak mau dipoligami." Itu lebih syar'i ketimbang menolak poligami. Mau lu cinta emak, istri, anak. Kalau lu gak cinta agama, meletakkan idemu di atas aturan Allah. Ya ... serah lu deh! Tapi jangan ganggu agama dan rumah tangga orang.

Masih banyak hal yang jadi masalah di negeri ini. Daripada ngurusin remeh-temeh sekadar naikin popularitas, mbok ya partai millennial belajar lebih kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun