Pak Lurah tetap merokok.
“Isinya apa, Pak?”
“Dak taulah, gas kayaknyo. Mereka mau buka pangkalan tapi dak punyo dana. Kan bermasalah tu PNPM.”
Saya manggut-manggut. “Kalau dijadikan TBM aja gimana, Pak?”
“Itu bukan punyo kelurahan, ke sano be. Pak Ganjar RT 17 ketuanyo.” Masih merokok.
“Oh gitu. Begini, Pak. Saya ini mau buka TBM, tapi rumah saya belum memungkinkan. Bapak punya saran dak, kira-kira baiknya gimana?”
“Ndak,” jawabnya sambil geleng dan terus merokok.
“Sebenarnya dari awal saya sudah tahu Bapak gak ada niat nerima tamu, apalagi ngomongin buku. Tabiat Bapak aja gak kayak orang pernah baca buku.” Tapi dalam hati.
Pamit ajalah, masih dengan wajah yang dimanis-manisin. Dengan hati retak. Ya sudahlah, saya fokus menghidupkan kembali Sekolah Menulis saya lagi saja, yang sudah 2 tahun vakum.
GIM oh GIM, dana besarmu moga sampai di tangan yang tepat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H