Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

GIM, Gerakan Indonesia Menangis, Eh Membaca

5 Desember 2016   20:48 Diperbarui: 5 Desember 2016   21:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diwartakannya Indonesia sebagai peringkat ke-61 dari 62 negara dalam hal minat baca masyarakat usia 15 tahun ke bawah, membuat pemerintah kelabakan. Sekian banyak dana digelontorkan untuk menyukseskan Gerakan Indonesia Membaca (GIM),yang tiba-tiba ramai, seperti halnya di Jambi.

Saya sebagai penulis kacangan pun turut diundang sebagai salah satu pegiat literasi. Tiga hari berturut-turut di aula Inspektorat Kota, dengan agenda Rencana Aksi Daerah. Dua hari kemudian mengikuti sarasehan di Balai Latihan Kerja (BLK) yang dihadiri perwakilan dari kementrian pusat (lupa tepatnya) dan Perpustakaan Kota.

Cukup menghibur. Walau peserta lain agak meragukan minat bacanya dari gelagat mereka sepanjang acara. Sudahlah!

(Tidak ada yang) kebetulan saya baru saja keluar dari pekerjaan, mencoba menjadi Ibu Rumah Tangga dan fokus di dunia kepenulisan. Setelah mengikuti rangkaian acara GIM yang diadakan oleh Dinas Pendidikan setempat, ruh berliterasi membara di kepala saya. Ingin segera membuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagaimana yang sudah dilakukan teman-teman peserta lain. Daripada dana 8 juta hanya untuk pot bunga, di tangan saya insyaallah bisa jadi buku berikut penulis-penulisnya (haha, suombonk!)—kabarnya tiap TBM dapat bantuan 8 juta, yang kemudian saya lihat gerai-gerainya di BLK. Kemudian saya banyak istighfar.......................

Bukan soal 8 juta atau dana-dana lain yang jadi niatan saya membuka TBM. Tapi karena saya nganggur, haha.

Alkisah, saya punya hajat di kantor Kelurahan Selamat. Mengadukan Kartu Keluarga (KK) saya yang hilang. Tiba di area Kelurahan, baru saya menyadari. Ada sebuah bangunan yang sepertinya berkeadaan baik, tapi sejak dulu, setiap hari saya pulang pergi kerja, tak pernah dibuka. Apa gerangan isinya?

Teringatlah saya pada semangat membuka TBM, aha! Bisa dimanfaatkan nih. Karena rumah saya ternyata belum memungkinkan untuk membumikan mimpi kemarin.

Setelah urusan KK selesai, saya beranikan diri bertemu dengan Kepala Kelurahan Selamat. Entah siapa namanya. Singkat cerita, setelah pembuka yang manis, tak lupa memperkenalkan diri bahwa saya adalah seorang penulis (karena belum terkenal, heu!) langsunglah saya ke intinya.

“Maaf, Pak, bangunan seperti kios di depan itu apa, ya? Kok tutup terus.”

“Oh, itu punya PNPM.” Sambil buka rokok. Saya langsung syok. Apa karena saya pakai sandal jepit hingga tak dihargai begitu. Padahal sejuknya AC terasa betul di ruangan tsb. Tadinya saya sempat merasa ‘selamat’ masuk ke ruangan Kepala. Karena di luar pegawai lain juga asyik ngelepus.

Saya bisikin anak saya dengan bisikan yang bisa didengar Pak Lurah. “Adek sanaan, di sini ada asap rokok!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun