Sebelum membaca, saya perlu membuat disclaimer bahwa foto yang menyertai tulisan ini memang baju trendi kesayangan saya dan tentu saja tidak saya pakai kalau pas video call. Silakan mulai membaca ocehan saya.Â
Kalau pertanyaan "Apakah Covid-19 malah bikin fesyen jadi trendi?" dijawab dengan bukti semakin dan justru tetap maraknya bisnis baju online saat ini, maka belum tentu juga itu benar.Â
Kalau pertanyaan itu dijawab dengan bukti semakin menjamurnya bisnis jualan masker-masker warna-warni dengan berbagai corak dan gaya, maka mungkin itu ada sedikit benarnya.Â
Namun, apakah yang namanya "fesyen trendi" itu hanya gara-gara banyak orang pakai masker yang kini jadi barang "wajib" itu? Hmm...kalau "trendi" itu dimaknai sebagai 'bergaya mutakhir' alias gaya yang paling terakhir atau akhir-akhir ini kita lihat, maka Covid-19 telah berhasil bikin tren fesyen yang baru.Â
Lihatlah di sekitar kita, masker pun dicorakpadukan dengan warna baju yang dipakai orang saat itu. Bahkan, ada bentuk masker uamg disamakan dengan wajah pemakainya.Â
Malah, masker bergambar bibir kita pun sudah bukan barang asing lagi. Ini baru bicara masker kain, karena masker medis pasti hanya itu-itu saja dan itu bukan yang saya bicarakan kali ini.Â
Syukurlah, memakai masker bukanlah isu besar yang dipolitisir seperti di beberapa negara lain yang sampai berkubu-kubu pro dan kontra. Syukurlah, saya melihat di negeri kita--walaupun ada denda segala di beberapa tempat--kita tetap bisa menyaksikan bahwa orang yang pakai masker terlihat lebih banyak dibanding yang tidak memakai. Syukurlah.
Kembali ke pertanyaan tadi, apa benar Covid-19 malah bikin fesyen semakin trendi. Maka, saya mau menjawab pendek: TIDAK!
Mengapa begitu?
Sejak work from home dari rumah sejak pertengahan bulan Maret 2020, ternyata saya amati bahwa saya punya kaos yang saya sukai. Alasannya mudah, kaos tanpa kerah itu kaos terenak sedunia. Seminggu bisa 3 kali dipakai. Tentu saja dicuci pakai dicuci pakai.Â
Ada lagi beberapa kaos yang kalau saya amati.......juga sering saya pakai. Bagaimana tahu? Gara-gara lihat foto-foto screencapture saat obrolan dan pertemuan daring dengan orang-orang lain semala masa DRS (baca: di rumah saja).Â