Mohon tunggu...
Sugianti bisri
Sugianti bisri Mohon Tunggu... Teacher -

Teacher,blogger,fiksianer,kompasianer, simple woman, and happy mommy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berapa Biaya untuk Melapor ke Ahok?

7 Maret 2016   21:52 Diperbarui: 7 Maret 2016   21:57 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Ahok, saya mau lapor! 

Tapi bukan melapor urusan  KJP yang dipersulit RT, Ijazah yang ditahan  sekolah, atau anak saya yang tidak diterima di sekolah negeri. Karena saya yakin bapak pasti bersuara dengan sangat  keras jika ada laporan yang seperti ini. Kisah sukses orang-orang yang melapor juga sudah banyak didengar. Saya acungkan sepuluh jempol untuk bapak atas pelayanannya pada masyarakat .

[caption caption="Sumber : SS WA pribadi"][/caption]

 

Pak Ahok, saya mau melapor!

Tapi bukan tentang  genangan air atau lampu jalanan. Saya tau persis, ini gratis dan fashrespon.  Dalam hitungan detik sudah mendapatkan balasan untuk ditindaklanjutin. Pak Ahok memang hebat, jiwa kepemimpinannya sangat merakyat.

 

Pak Ahok, saya mau lapor!

Tapi bukan minta kursi roda gratis.  Yang saya tau dari pesan berantai di media social, bapak memang menawarkan masyarakat yang butuh kursi roda bisa SMS bapak.

 

Pak Ahok, saya mau melapor!

Saya  guru. Berasal dari daerah tetangga bapak.  Saya lebih dulu mengabdi di DKI jauh sebelum bapak menjadi penguasa.  Sebelas tahun yang lalu saya sudah merasakan dibayar tiga ratus ribu full lima hari seminggu.  Untuk membayar pembantu masih nombok tujuh ratus ribu.  Saya juga punya misi dan visi seperti bapak, ingin menyumbangkan kemampuan yang saya miliki untuk membantu mencerdaskan anak negeri di pinggiran DKI. Saya orang kampung, bukan siapa-siapa di sini. Hanya bertahan hidup dengan memanfaatkan potensi.

 

Pak Ahok, setelah sekian lama saya bertahan dengan uang saku tiga ratus ribu, saya ikut tes CPNS tahun 2013. Saya lulus loh pak, meski saya orang kampung bisa menyisihkan ribuan guru DKI yang ikut seleksi. Tapi saya jadi sedih. Ketika bapak menang di pilkada DKI, kemudian menjadi gubernur. Kelulusan saya dipermasalahkan. Menurut  Lasro Marbun. Pengalaman kerja daerah tidak diakui.  Bisa saja SK saya fiktif, karena bapak saya kepala sekolah,atau ibu saya kepala dinas. Jadi seratus SK fiktifpun bisa saya dapat.

 

Pak Ahok, saya pernah menghadap bapak. Saya perlihatkan SK asli saya  sejak 2003 dari daerah yang dikeluarkan menteri. Masyarakat juga tau anak menteri pendidikan di era Bu Megawati  pada waktu itu tidak ada yang bernama Sugianti.

 

Pak Ahok, Negara kita kan Negara kesatuan.  Setiap warga bisa mengembangkan potensinya dimanapun ia dibutuhkan. Termasuk bapak dan pak Jokowi. Jika pengalaman kerja dari daerah tidak diakui,saya yakin waktu pilgub juga bapak gugur secara administrasi. Upps…..Oh, iya! Tapi bapak  kan berbeda. Bapak bukan guru honor.  Kalau bapak guru honor seperti saya, setelah final menang pilgub tiba-tiba dibatalkan karena administrasi. Sakitnya pasti ke hati.

 

Pak Ahok, urusan administrasi kan ada panitianya sebagai tim verifikasi. Mulai dari kepala sekolah, kasie, kasudin, hingga kadis. Kalau mereka sudah meberikan tanda tangan untuk SPTJM saya, artimya mereka sudah mempelajari berkas saya. Terus kenapa saya bisa diluluskan oleh panitian yang berjenjang tersebut, tapi dibatalkan secara lisan oleh orang yang seharusnya sebagai pimpinan tertinggi dimana saya bekerja  dan punya database saya sejak 2005. Sekolah setiap tahunnya selalu kirim data ke dinas loh. Aneh ya pak?

[caption caption="Sumber : SS chat FB"]

[/caption]

 

Pak Ahok, saya mau melapor!

Jika saya dibatalkan karena kekurangan setengah tahun saya mengajar di DKI, menyertakan pengalaman kerja dari daerah. Kenapa Guru yang bermain curang, membuat SK palsu, memalsukan dokumen negara engkau lindungi.  Mereka sudah dilaporkan masyarakat sejak april 2014. Mereka diperiksa hingga ke inspektorat. Semua pejabat dimintai keterangannya. Termasuk saya sebagai rekan kerja juga ikut dipanggil untuk dimintai keterangan. Tapi hingga saat ini tidak ada sanksi apapun. Mereka yang berbohong, mereka yang maling, kenapa saya yang dikorbankan.

 [caption caption="Sumber : SS WA Pribadi"]

[/caption]

Pak Ahok, saya mau bertanya?

Siapa mereka? Mengapa mereka demikian hebatnya, hingga semua pejabat dinas melindungi mereka. Bahkan puluhan SMS saya ke bapak tidak ada tanggapan. Yang saya ketahui Dinas Pendidikan bukan yayasan milik penguasa, sehingga mereka bisa memilih hanya sanak keluarganya yang bisa bekerja di sana dan mendapat perlakuan khusus.  DKI milik NKRI, siapapun punya hak disini jika memenuhi ketentuan.  Apalagi saya lulus tes yang diadakan oleh Kemenpan.

 

Pak Ahok, saya sakit hati. Saya sangat kecewa dengan perlakuan bapak kali ini. Mana suara bapak yang selalu lantang melawan korupsi. Menindak tegas pejabat yang meyalahgunakan wewenang.  Memang urusan ini tidak sesederhana urusan KJP. Ijazah yang ditahan sekolah. Kursi Roda untuk yang membutuhkan atau genangan air dan lampu jalan yang meresahkan. 

 

Meskipun ini urusan orang kecil. Tapi ini masalah hati. Saya merasa sedih ketika keempat teman saya yang lulus dengan data bodong pamer gaji yang sudah cair, rapelan TKD, tanpa merasa malu jika dia yang menjadi penyebab saya dibatalkan kelulusannya.  Ketika saya pulang ke rumah, saya juga makin sedih.  Anak tetanga  lima langkah dari rumah, ketika saya pindah kesini tahun 2010 ia  masih kuliah juga sudah dapat SK. Ia memalsukan data pak. Berkasnya sudah ditarik kepala sekolah tempat ia bekerja, masyarakat luas juga sudah tau kehebohan saat ia dilaporkan rekannya karena pemalsuan data. Tapi dengan sedikit uang pelican, semuanya berjalan aman-aman saja hingga sekarang. Kalau saya sebutkan satu persatu siapa yang bodong,pembohong, namun sakti mandraguna. Tidak akan selesai saya ketik hingga esok hari.

[caption caption="sumber : SS WA Pribadi"]

[/caption]

 

Pak Ahok, saya ingin melapor. Saya melaporkan ketidakadilan bapak pada guberur DKI yang konon terpilih karena  ketegasannya melawan KKN, keberaniannya melawan siapapun yang bertindak tidak sesuai aturan.  Apakah laporan ke pak gubernur itu berbayar, kok laporan saya tidak pernah  ditanggapi.  Saya  hanya mau melapor, disini masih kental ketidakadilan.  Saya ingin bapak memanggil saya. Saya tidak mau melapor lagi. Saya mau tanya langsung pada bapak. Apakah bapak juga akan sakit hati jika diperlalukan seperti ini?  

 

 

Artikel terkait:

http://www.kompasiana.com/www.sugiantibisri.blogsot.com/surat-terbuka-untuk-ahok_56b818d68323bdae05bef13d

http://www.kompasiana.com/www.sugiantibisri.blogsot.com/surat-terbuka-untuk-ahok-saya-maklum-jika-ada-yang-terusik_56ce5871f67a61130dbf2223

http://www.kompasiana.com/www.sugiantibisri.blogsot.com/sebaiknya-sms-lapor-ahok-belajar-dari-lapor-presiden_56dc43a3f87e61552011a69c

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun