Mohon tunggu...
Sugianti bisri
Sugianti bisri Mohon Tunggu... Teacher -

Teacher,blogger,fiksianer,kompasianer, simple woman, and happy mommy

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Gades Juani

15 Februari 2016   19:05 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:32 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta pernikahan pun dipersiapkan dengan matang. Sesuai adat dusun setempat, seminggu sebelum perayaan, orang-orang sekampung ikut sibuk di rumah Gadis Juani sebagai calon mempelai perempuan. Bujang Gadis di dusun pun tak kentinggalan, mereka siang dan malam membatu segala persiapan mulai dari tempat yang nyaman untuk undangan hingga  hidangan untuk santapan. Suasana yang penuh suka cita dan dijadikan ajang silaturahmi oleh warga dusun ini tidak menjadikan Juani gembira. Ia tetap mengurung dirinya di kamar.

Waktu yang paling dinantikan Bujang Juandan pun tiba. Tibalah  malam perkawinan yang telah ditentukan bagi keduanya. Gadis Juani yang cantik itu dirias secantik mungkin  dan mengenakan pakaian pengantin yang begitu anggun. Orang yang melihatnya dengan pakaian pengantin itu terkagum-kagum.
“Begitu beruntungnya si Bujang Kurap Itu. Berjodoh dengan kembang desa yang begitu mempesona. Apa hendak di kata, kalau bukan takdir yang mempertemukan mereka” begitu bisik-bisik orang yang melihat Gadis Juani.  Tentu saja pandangan mereka penuh dengan rasa iba dan kasihan.

Usai di rias, Gadis Juani menunggu di kamar tidurnya. Semua keluarga yang hadir menunggu kedatangan calon mempelai di ruang tamu. Di panggung depan juga ramai bujang gadis yang sedang bercengkrama dan warga sekitar yang ingin menghadiri pernikahan. Gadis Juani tetap di kamarnya  dan tak ingin ditemani siapapun. Ia  terdiam  di tempat tidurnya yang sudah dihias dan bertabur aneka bunga sambil berurai air mata. 

Dari kejauhan terdengar arak-arakan pengantin pria. Sanak keluarga dan tamu yang ada di kediaman Juani bersiap-siap menyambut kedatangan besan. Semua yang berada  di rumah panggung ciri khas penduduk dusun, turun menyambut arak-arakan rombongan Bujang Juandan. Mendapati ketegangan bercampur kegembiraan semua orang yang ada di sekitarnya membuat hati Gadis Juani semakin hancur.

Di tengah  kesibukan orang  menyambut arakan yang kian mendekat, kekalutan  Gadis Juanipun  kian menjadi. Tak bisa ia berdiam diri atas semua ini. Terbayang olehnya cibiran semua orang ketika ia bersanding dengan Bujang Juandan di pelaminan. Sebagian dari mereka yang pernah ditolak pinangannya mungkin akan bersorak atas jodoh pilihan orang tuanya. “Berharap mendapat durian yang paling manis, malah mendapat tempoyak yang masam” begitulah perumpamaan yang tepat untuk dirinya.

Ia juga tak kuasa melihat tatapan iba dari keluarga dan orang tuanya. Belakangan ini, ketika orang sibuk mempersiapkan pernikahan anaknya, Gadis Juani menagkap kesedihan yang mendalam dari muka bapaknya. Bapak mungkin tak punya pilihan, seperti halnya dirinya. “Kasian bapak, akibat ulahku selama ini, bukan saja aku yang menanggung malu. Bapak juga ikut merasakan murka dari yang maha agung atas sikapku selama ini” isak Gadis Juani makin menjadi.

Sekejap, terlintas sebuah keputusan, dengan berurai air mata yang kian tak terbendung, ia keluar lewat pintu belakang. Menuruni anak tangga yang terbuat dari bulatan kayu.  Meskipun dengan berpakaian pengantin yang lengkap dan membuat langkahnya tak begitu leluasa.  Gadis Juani  tetap berlari menuju sungai yang tak jauh dari rumahnya dengan telanjang kaki. Tak ada yang sadar akan kepergiannya. Semua sedang bersuka ria menyambut calon suaminya.

Gadis Juani menghentikan langkahnya di bibir sungai yang curam. Ia memandang kedalam sungai yang ada di bawahnya. Airnya yang begitu jernih  terlihat di bawah sinaran bulan purnama. Terbayang raut muka suaminya yang begitu buruk dengan kulit yang dipenuhi kurap. Apalah artinya hidup dengan kemewahan yang berllimpah jika ia sendiri tak sudi hidup dengan bujang kurap yang ditakuti anak-anak dan menjadi bahan ledekan mereka. Membayangkan semua itu, akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai.

Kepergiannya baru disadari ketika pengantin laki-laki tiba dan orang tuanya  ke atas menjemput anaknya. Mendapati kamarnya yang kosong dan pintu belakang terbuka, membuat ibunya berteriak dan mengundang perhatian semua orang yang berada di sana. Bapak Gadis Juani yang diikuti ibu dan para tamu lainnya segera berlari menuju sungai. Mereka berteriak memanggil calon penganti.
“Juani….Juani…dimane kaba, nak (dimana kamu,nak)?” teriak bapaknya sekeras-kerasnya
“Juani, jangan nekad nak, pacak kite rembuk’a ame kamu berubah pikiran (bisa kita bicarakan kalau kamu berubah pikiran). Umak dide ke makes kaba nak (Ibu tidak akan memaksa kamu nak)!” teriak ibunya tak kalah histeris.

Tak ada sahutan dari putrinya. Sungai disekitar mereka begitu tenang  dengan sejuta misteri di dalamnya. Pencarian pun sia-sia. Menjelang tengah malam satu persatu warga meminta diri pada orang tua Gadis Juani. Keluarga mempelai laki-laki juga melakukan hal yang sama. Mereka pulang dengan perasaan sedih dan penuh kecewa. Orang tua dan beberapa sanak keluarga tetap melanjutkan pencaria. Menyisiri tepi sungai dengan tak henti-hentinya memanggil nama gadis itu. Ketika matahari menampakkan sinarnya, mereka baru memutuskan untuk kembali ke rumah untuk istirahat.

Dua hari pencarian tidak membuahkan hasil. Tak ada kabar dari hilir sungai tetang temuan mayat. Meyakinkan kedua orang tuanya bahwa anaknya baik-baik  saja. Usaha bapak Gadis Juani untuk menemukan anaknya tetap diteruskan hingga beberapa dusun di pinggiran aliran sungai. Tak lupa ia menanyakan pada warga dusun yang disinggahi prihal penemuan orang di sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun