Mohon tunggu...
Sugianti bisri
Sugianti bisri Mohon Tunggu... Teacher -

Teacher,blogger,fiksianer,kompasianer, simple woman, and happy mommy

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Gades Juani

15 Februari 2016   19:05 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:32 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Gadis Juani yang hidupnya bergantung dari hasil bumi tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan keluarganya karena hasil tanamannya gagal semua. Pohon kopi yang menjadi sandaran utama keluarga itu bunganya rontok dan tidak bisa menjadi buah. Sayur mayur yang ditanam tidak bisa tumbuh. Sehingga kebutuhan makan yang sehari-hari mengandalkan hasil menjual sayur mayurnya tidak bisa diharapkan lagi. Kemarau ini berlangsung cukup lama, sampai-sampai tanah perkebunan mereka pecah-pecah karena kekurangan air. Tak ada lagi yang bisa di makan dari hasil  kebunnya ini.

Kondisi yang seperti ini, memaksa bapak Gadis Juani terlibat hutang dengan rentenir yang kaya raya di kampungnya. Uang yang mereka pinjam kian dari kian bertambah dan belum ada hasil kebun yang bisa dijual untuk membayarnya. Akibatnya hutang mereka kian menumpuk karena modal dan bungan pinjaman yang belum bisa dibayar.

“Kapan kaba ka nyicil utang tu mang (Kapan kamu akan menyicil hutangmu)? Utang lame belum di bayar, nak pinjem duit lagi (Hutang lama saja belum dibayar, mau pinjem lagi). Pake apo mbayarnyo (Pakai apa membayarnya)?.”  Ujar Rentenir keliling yang kerap dipinjami uang oleh bapak Juani akhir-akhir ini.
“Kageklah, kemarau masih lanjut (nantilah, kemarau belum usai). Katek hasil kebon yang biso ku jual (tidak ada hasil kebun yang bisa saya jual). Nak dapet duit dari mano awak nih (mau dapat uang dari mana aku). Amo la musim penghujan, biso panen lagi (kalau sudah musim hujan lagi,bisa panen). Pacak bejual ke kalangan (Bisa berjualan di pasar sepekan). Biso kucicil utang tu (bisa kucicil hutang-hutangku).” Ujar bapak Juani member alasan.
“Biso diatur kalo bayar utang tuh, amo nak nambah duit jugo biso (Bisa diatur soal pembayaran hutan, mau nambah uang juga bisa). Ado syaratnyo tapi (hanya saya ada syaratnya)?” sambung renternir itu memberikan alternatif
“Apo itu (apa itu)?” tanya bapak Juani singkat

“Kawenkan anak gadis kabatu dengan bujang kami (Nikahkan anak gadismu dengan anak laki-laki kami). Lunas utang-utang kamu berikut bungonyo (Lunas semua hutang-hutamu berikut bunganya).” Ujar rentenir itu mengutarakan maksudnya
“Amo itu, bukan aku yang jawab (Kalau itu, aku tidak bisa menjawab). Ku tanyoke dulu  nga budak tu (kutanyakan dulu pada anakku dulu).” Jawab bapak Juani yang sedikit terkaget dengan ide gila rentenir itu.

“Terserah kaba (Terserah kamu). Bayar utang samo bungonyo sekarang apo kawenke gadis kamu tu dengan anak aku (Bayar hutang berikut bunganya sekarang atau nikahkan anakmu dengan anakku). Sebelum ado jawaban, dak katek pinjeman tambahan (Sebelum ada jawaban, tidak ada lagi pinjaman).” Tambahnya lagi sambil meninggalkan bapak Juani.

Dengan sangat terpaksa, bapak  Gadis Juani  akhirnya menerima tawaran dari rentenir itu untuk menikahkan anaknya dengan anak rentenir itu  yang bernama Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah putra satu-satunya dari  keluarga rentenir  yang kaya raya itu. Pemuda yang bisa disebut sudah sangat cukup umur untuk menikah di dusunnya karena umurnya yang sudah berkepala tiga.

Meskipun putrinya dipinang oleh keluarga yang kaya raya, tak menjadikan bapak Juani bahagia. Bujang Juandan yang akan menjadi menantunya itu  bukanlah pemuda tampan. Bukan itu saja, selain dikenal pemuda yang buruk rupa di kampungnya,  Bujang Juandan juga menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, yang tidak pernah bisa disembukan sejak kecil.  Sehingga orang-orang menyebutnya  Bujang Kurap. 

Mendengar kabar pinangan bapak Bujang Kurap, Gadis Juani pun bersedih hati. Ingin menolak namun tak kuasa karena kasihan kepada bapaknya.  Setiap ditagih hutang dan belum bisa membayar selalu di marah-marah oleh rentenir itu. Kecintaan ia pada orang tuanya memyebabkan ia pasrah tentang perjodohan itu.

“Amo kaba keberatan, bapak dak makso nak (Jika engkau keberatan, bapak tidak memaksa nak). Kaba anak bapak sutek-sutek’e (Kamu anak bapak satu-satunya). Apo bae yang kau minta pasti bapak pilok’i (Apa yang kamu mau, pasti bapak ikuti). Utang kito biso dicicil kalo la musim ujan kagek (Hutang bisa kita cicil jiga sudah musim penghujan lagi). Sementaro ini kito tahan laper (Sementara ini kita tahan lapar). Makan apo yang maseh biso di makan nak (Makan apa yang masih bisa kita makan)” Jelas bapak Juani degan sangat hati-hati saat mengutarakan keinginan rentenir itu pada anak gadisnya.
“Idak pak, apo bae pasti Juani kasih buat bapak (Tidak pak, apa saja akan Juani jalani untuk bapak). Kalo memang itu yang biso bikin bapak lepas dari tumpukan utang, Juani iklas (Jika itu yang bisa membebaskan bapak dari hutang, Juani Iklas).” Ujar Juani meyakinkan bapaknya.

Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang. Kenapa tidak dari dulu ia menerima pinangan pemuda yang datang. Kesombongannya, kebanggaannya pada kecantikan yang dimilikinya justru berbuah celaka. Apa hendak di kata, tak ada yang bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Gadis Juani hanya bisa menyesali keangkuhannya selama ini.

Air mata yang keluar tak bisa mengubah keadaan. Rencana pernikahan merekapun telah dipersiapkan secara matang. Sebagai anak satu-satunya dari keluarga yang kaya raya, membuat bapak Bujang Juanda menggelar pesta secara besar-besaran. Selain senang akan anaknya yang telah menemukan jodohnya, calon istri putranya itu adalah gadis paling cantik di seantora dusun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun