Ada hak-hak orang lain di jalanan, meskipun kita sudah bayar pajak atau ikut iuran membangun jalanan tersebut. Karena tidak ada raja jalanan kecuali pejabat elit dengan pengawalnya.
Coba saja, kita berjalan kaki atau naik sepeda motor di sebelah kiri atau di tengah. Kalau tidak dibilang gila, kurang waras tau mendapat umpatan sambil marah dari orang lain. Mungkin itu masih baik, kalau ditabrak pengendara lain maka tidak ada disalahkan seratus persen penabraknya.
Etika di jalanan sangat terkait dengan kesadaran hukum dari para pengguna jalan dan penegak hukum tentunya. Polisi atau petugas lalu lintas bukan sekedar mentilang mencari uang recehan. Beroperasi hanya di akhir-akhir bulan karena gaji sudah menipis. Inilah yang membuat korp polisi lalu lintas menjadi kehilangan wibawa sehingga aturan menjadi mainan.
Bisa belajar atau dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Budaya antre di jalanan, tidak parkir sembarangan dan sangat tertib orang di jalan-jalan. Aturan mereka sangat ketat dengan resiko denda yang juga berat. Polisi mereka tidak mengenal kongkalingkong karena pakai sistem digital. Pengawasan melalui CCTV di sepanjang jalan-jalan strategis.
Dalam Islam ada beberapa adab di jalanan yaitu berdoa dan tidak mengganggu hak orang lain. Beratnya kehidupan di jalanan sehingga Allahpun mengajarkan untuk berdoa. Adab juga menjadi penting karena terkait dengan kepentingan orang lain dan orang banyak. Wallahu a’lam bish shawwab.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H